KOMPAS.com - Sebagian besar kanker ovarium dimulai di epitel, atau lapisan luar, ovarium.
Pada tahap awal, kanker ovarium biasanya tidak memiliki gejala sama sekali.
Merangkum dari Medical News Today, apabila ada gejala, biasanya akan mengalami sindrom pramenstruasi, sindrom iritasi usus, atau ada masalah di kandung kemih.
Pada kanker ovarium, gejala-gejala tersebut biasanya akan bertahan dan semakin memburuk.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), beberapa gejala lain pun dapat muncul.
Berikut ini beberapa di antaranya.
Jika salah satu dari gejala ini berlangsung selama 2 minggu atau lebih, seseorang harus menemui dokter.
Beberapa gejala lain pun kadang terjadi. Berikut ini beberapa di antaranya.
Perlu dicatat bahwa gejala dapat berubah jika kanker menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Kanker ovarium berkembang ketika sel-sel di area tubuh ini membelah dan berkembang biak secara tidak terkendali.
Penyebab kanker ovarium terjadi sampai saat ini masih tidak jelas, tetapi para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko berikut.
1. Sejarah keluarga
Memiliki kerabat dekat dengan riwayat kanker ovarium atau payudara meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker ovarium.
Menjalani skrining genetik untuk mutasi pada gen BRCA dapat membantu menentukan apakah seseorang memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium dan kanker payudara.
2. Usia
Dikutip dari American Cancer Society, risiko terkena kanker ovarium semakin tinggi seiring bertambahnya usia.
Kanker ovarium jarang terjadi pada wanita di bawah 40 tahun.
Sebagian besar kanker ovarium berkembang setelah menopause.
Sebanyak 50 persen kasus kanker ovarium ditemukan pada wanita berusia 63 tahun ke atas.
3. Sejarah reproduksi
Riwayat keluarga, usia, dan riwayat reproduksi seseorang dapat mempengaruhi risiko kanker ovarium.
Selain itu, orang yang hamil setelah usia 35 tahun atau tidak memiliki anak sama sekali malah memiliki risiko yang cukup tinggi.
Sebaliknya, wanita yang beberapa kali hamil dan menyusui malah dapat menurunkan risiko terkena kanker jenis ini.
4. Kanker payudara
Orang dengan riwayat kanker payudara tampaknya memiliki peluang lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan gen BRCA.
Untuk alasan ini, beberapa orang dengan kanker payudara yang dites positif untuk mutasi gen dapat memilih untuk menjalani ooforektomi atau operasi untuk mengangkat indung telur sebagai terapi pencegahan.
5. Terapi hormon
Menjalani terapi penggantian hormon (HRT) setelah menopause tampaknya meningkatkan risiko kanker ovarium.
Semakin lama seseorang menggunakan HRT, semakin tinggi risikonya.
Namun, risiko tampaknya turun setelah pengobatan dihentikan.
6. Obesitas dan kelebihan berat badan
Obesitas telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena banyak kanker.
Namun, penyebabnya masih belum diketahui sampai sekarang.
Wanita yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30 mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Obesitas juga dapat berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup secara keseluruhan seorang wanita dengan kanker ovarium.
8 HPV
Para ilmuwan telah menemukan hubungan antara human papillomavirus (HPV) dan berbagai kanker, termasuk kanker amandel dan kanker serviks .
Pada tahun 2013, penulis meta-analisis melaporkan menemukan tingkat HPV yang tinggi di antara orang-orang dengan kanker ovarium.
Namun, mereka tidak dapat memastikan bahwa HPV penyebabnya dan mereka juga menyerukan penelitian lebih lanjut.
9. Faktor risiko lain yang mungkin
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker ovarium meliputi:
Namun, para peneliti belum membuktikan hubungan antara faktor-faktor ini dan kanker ovarium.
https://health.kompas.com/read/2021/07/02/163000368/kenali-9-penyebab-kanker-ovarium