Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kekeliruan Memahami Konsep Diabetes (Bagian I)

Hingga kadarnya meningkat di dalam darah. Akibatnya tubuh akan terasa lemah tidak bertenaga. Juga disertai dengan gejala-gejala lain yang dikenal sebagai trias poli.

Pemahaman ini berawal tahun 1921 di Toronto, Kanada. Saat itu Frederick G Banting, meyakinkan J.J.R. Macleod, seorang profesor fisisologi untuk melakukan percobaan pada pankreas. Usul tersebut diajukan setelah membaca hasil temuan Paul Langerhans.

Pada tahun 1869, Paul Langerhans saat masih berstatus mahasiswa kedokteran, mengamati adanya dua jenis sel yang berbeda pada pankreas.

Pertama berhubungan dengan pelepasan enzim pencernaan. Sedangkan yang kedua berbentuk pulau-pulau yang belum diketahui fungsinya.

Setelah melewati berbagai percobaan oleh para ilmuwan lain. Banting dan mahasiswanya, Charles H. Best berhasil mengisolasi zat yang dihasilkan dari pankreas tersebut pada tahun 1921. Zat tersebut diujicobakan pada anjing yang mengalami diabetes dan berhasil.

Pada tahun 1922, uji coba pertama pada manusia dilakukan. Pasiennya adalah Leonard Thompson, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. Ia datang ke rumah sakit Toronto dengan kadar gula darah 500 mg/dl.

Thompson juga buang air kecil hingga 5 liter per hari walau dengan diet yang ketat. Urinnya tentu saja mengandung glukosa yang tinggi. Sehingga tubuhnya sangat kurus. Diramalkan tidak akan mampu bertahan lama.

Banting dan Best memberikan suntikan ekstrak pankreas padanya untuk pertama kali. Segera anak itu menunjukkan gejala pemulihan.

Volume buang air kecilnya berkurang setelah diberikan dosis suntikan setiap hari. Begitu juga dengan kadar glukosa dalam urin menurun dari 100 gr menjadi 7,5 gr per hari.

Bahkan Thompson terlihat menjadi lebih segar dan lebih kuat. Hingga ditarik kesimpulan bahwa diabetes terjadi akibat adanya kekurangan ekstrak pankreas tersebut.

Sayangnya sejarah tidak menyebutkan berapa lama Thompson menerima suntikan ekstrak pankreas tersebut.

Sejarah hanya mencatat upaya untuk memurnikan ekstrak pankreas tersebut. Berkali-kali Banting dan Best melakukan percobaan dan mengalami kegagalan.

Hal ini mendorong Profesor MacLeod sebagai pembimbingnya turun tangan. Dengan bantuan Profesor MacLeod dan Profesor J. B. Collip seorang ahli biokimia pemurnian enzim berhasil diperoleh ekstrak insulin.

Penemuan insulin segera menjadi solusi untuk seluruh pasien diabetes melitus di seluruh Amerika Utara saat itu. Banting dan MacLeod memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1923 atas temuan tersebut.

Banting dan MacLeod tetap menyebut kontribusi Best dan Collip dalam temuan insulin. Hingga sepakat untuk membagi hadiah Nobel tersebut dengan Best dan Collip.

Selanjutnya riset tentang pemurnian insulin jadi fokus penelitian. Jadi ajang perlombaan berbagai institusi penelitian.

Akhirnya ditemukan insulin hasil teknologi DNA rekombinan. Teknologi berhasil memperoleh insulin manusia yang paling murni. Insulin yang lazim digunakan hingga saat ini.

Pada tahun 1941, Profesor Christian de Duve menemukan kembali glukagon. Penemuan ini disertai dengan pemahaman akan fungsi glukagon. Fungsi yang bersifat antagonis dengan insulin.

Penemuan glukagon mengarahkan penemuan berikutnya dalam bidang biologi seluler. Lisosom ditemukan sebagai organel yang melakukan autofagi setelah pemberian glukagon.

Selain lisosom juga ditemukan pengaruh glukagon pada peroksisom. Penemuan yang seharusnya sudah mengubah arah pemahaman penyakit diabetes melitus.

Kisah pengobatam Leonard Thompson adalah salah satu deskripsi pertama tentang gejala diabetes melitus di zaman modern.

Sebelumnya dalam berbagai peradaban kuno juga telah dikenal penyakit diabetes melitus. Hanya deskripsi yang lengkap berikut proses pengobatannya tidak sedetail proses pengobatan Leonard Thompson.

Pada kisah Leonard Thompson disebutkan jika anak tersebut sudah mengalami pembatasan asupan makanan.

Namun meski sudah demikian dikurangi, kadar gula darahnya tetap tinggi. Tidak sebanding dengan jumlah kalori yang masuk.

Kadar glukosa yang tinggi tanpa asupan yang memadai hanya dimungkinkan oleh proses katabolisme (pemecahan) cadangan glukosa.

Proses itu disebut glukoneogenesis jika pada jaringan lemak dan glikogenolisis pada jaringan otot dan liver.

Proses glukoneogenesis diketahui dipengaruhi oleh glukagon dan kortisol. Artinya, sangat mungkin penyebabnya adalah glukosa darah turun dan adanya proses peradangan.

Kortisol bekerja saat terjadi peradangan sekaligus juga berfungsi sebagai antiradang alami. Glukagon bekerja saat kadar glukosa menurun di darah dan otak.

Otak akan melepaskan sinyal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin dan norepinefrin akan memengaruhi pankreas untuk melepaskan glukagon.

Sayangnya, tidak hanya kondisi kekurangan glukosa saja yang dapat memicu pelepasan epinefrin dan norepinefrin. Kondisi stres psikologis pun dapat memicu pelepasan glukagon.

Hasilnya, adalah peningkatan kadar glukosa darah tanpa adanya asupan gula dari luar. Terlihat dari deskripsi pengobatan Leonard Thompson.

Sayangnya kesimpulan yang diambil Banting dan Best keliru. Seharusnya, diabetes bukan disebabkan oleh ketiadaan insulin, tapi aktivitas glukagon yang berlebihan!

Keyakinan diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin melekat hingga kini. Sehingga seringkali mengabaikan temuan-temuan berikut yang berhubungan dengan diabetes. Temuan yang seharusnya sudah mengkoreksi konsep penyakit diabetes.

Pertama, temuan adanya mediator peradangan pada pasen diabetes. Baik tipe 1 ataupun tipe 2 ditemukan berbagai mediator peradangan. Seperti sitokin pada pankreas dan prostaglandin pada saluran kencing.

Kedua, temuan hal-hal yang memengaruhi pelepasan insulin. Pelepasan insulin dipengaruhi oleh hormon yang ada di saluran cerna.

Hal ini terlihat dari perbedaan pengaruh cara pemberian glukosa. Jika diberikan peroral akan merangsang pelepasan insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.

Sedangkan pemberian perenteral atau langsung ke pembuluh darah tidak merangsang pelepasan insulin dan penurunan kadar gula darah.

Pemberian peroral atau lewat makanan merangsang pelepasan hormon inkretin. Hormon inilah yang selanjutnya memengaruhi pelepasan insulin dan penurunan glukosa darah.

Artinya, peningkatan kadar glukosa melalui proses glukoneogenesis tidak akan merangsang pelepasan insulin. Bukan insulin yang diproduksinya berkurang.

Hal ini yang seharusnya menjadi konsep dari diabetes saat ini. Bukan akibat kekurangan produksi insulin, melainkan aktivitas glukoneogenesis yang meningkat oleh berbagai sebab.

Meski konsep ini tidak menghilangkan peran insulin dalam pengobatan diabetes. Namun posisinya adalah sebagai obat darurat saat kadar glukosa darah meningkat hebat.

Peningkatan hebat yang dikhawatirkan memicu reaksi segera sistem kardio vaskuler dan jaringan saraf.

Untuk penanganan seutuhnya, sedapat mungkin penggunaan insulin dihindari. Pemeriksaan yang memicu proses glukoneogenesislah yang seharusnya dilakukan. Proses yang bersamaan dengan terjadinya proses autogagi oleh lisosom.

Autofagi bukanlah terapi alternatif. Autofagi adalah dasar pemahaman metabolisme energi. Aliran energi di dalam tubuh. Dengan memahami mekanisme ini, banyak proses penyakit yang bisa dipahami.

Proses yang menyadarkan kita akan sikap terhadap diri kita sendiri. Manusia bukanlah mesin yang masing-masing "part"-nya berdiri sendiri.

Manusia adalah sistem yang terdiri berbagai sub sistem organ. Manusia juga merupakan sub sistem dari sebuah sistem yang teramat sangat besar. Semesta.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat. Bersambung baca artikel selanjutnya: Kekeliruan Tujuan Terapi Diabetes (Bagian II)

https://health.kompas.com/read/2022/08/08/101011868/kekeliruan-memahami-konsep-diabetes-bagian-i

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke