Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Gaya Hidup Mencegah Sakit

Kompas.com - 11/01/2008, 19:05 WIB

Kita tahu, menu harian modern cenderung memakai campuran bahan kimia seperti formalin, pemanis buatan sakarin, aspartam, penyedap buatan, selain zar warna (tekstil rhodamine B), yang berefek buruk terhadap kesehatan. Efeknya mungkin tidak langsung nyata, melainkan karsinogenik bersifat kumulatif setelah sekian puluh tahun dikonsumsi.

Kesehatan kita ditentukan oleh isi meja makan keluarga, selain oleh kebiasaan jajan atau memilih menu restoran. Kasus penyakit peradaban dagu berlipat (double chin), gara-gara lebih doyan menu restoran ketimbang menu rumah. Sesungguhnya, semakin sederhana dan alami suatu menu, semakin harus dipilih karena menyehatkan.

4. Sarapan Seperti Menu Pangeran

Betul. Sarapan mestinya lebih lengkap dari sekadar mengisi perut belaka. Mengapa? Tubuh membutuhkan kelengkapan zat gizi agar kerja mesin tubuh seharian berlangsung optimal. Kekurangan protein, mineral, dan zat gizi esensial yang tubuh butuhkan dari sarapan, tak tergantikan oleh makan siang dan makan malam kalau sarapan seadanya.

Agar tubuh bugar, sarapan memang perlu lengkap dan memadai (menu seimbang). Kinerja harian akan rendah saja bila tidak sarapan atau sarapan ala kadarnya saja, termasuk prestasi anak di sekolah.

5. Menjaga Berat Badan Ideal

Berat badan dipertahankan agar senantiasa ideal. Parameter kelebihan atau kekurangan makan dilihat dari naik-turunnya berat badan. Untuk mengetahui berat badan ideal dapat dihitung dengan formula Body Mass Index. BMI = berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (M). Indeksnya berkisar 22-25. Lebih dari 25 dinilai gemuk, dan kurang dari 20 dinilai kurus.

Seseorang akan menjadi gemuk kalau kelebihan kalori. Kelebihan kalori belum tentu berarti sudah kecukupan zat gizi bila menu tidak tergolong menu seimbang. Gemuk tetapi kurang gizi sering terjadi kini. Sudah disebut kalau kalori terbanyak dalam menu mewah diperoleh dari lemak (gorengan, gajih, santan), sedangkan dari menu tradisional diperoleh dari kelebihan makan nasi (ubi, ketela, jagung, sagu).

6. Bergerak Badan Teratur

Tidak perlu berolahraga khusus, cukup bergerak badan. Jalan kaki masih tergolong yang terbaik. Bukan jalan kaki santai, melainkan tergopoh-gopoh (brisk walking), dengan laju 100 meter/menit atau 6 km/jam, selama 40-50 menit, 5-6 kali seminggu. Atau kalau mau dihitung nilai aerobiknya, diukur dari denyut nadi. Dinilai cukup bila tercapai nilai 60-80 persen dari (220 – umur), dengan memperhatikan kondisi, dan ada tidaknya penyakit (jantung, diabetes).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com