Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insulin Sedot: Kemudahan bagi Diabetesi

Kompas.com - 11/01/2008, 19:20 WIB

Teknologi rekayasa genetik pernah mencari cara bagaimana agar kuman tertentu direkayasa sifatnya untuk diperintah memproduksi insulin, dan sudah dilakukan. Belakangan teknologi kloning dirancang dan menjanjikan bakal terciptanya pankreas baru yang diambil dari buah kloningan sebagai suku cadang pengganti.

Namun, pilihan ini pun masih perlu waktu lama dan masih jauh dari kenyataan. Pemberian pasokan insulin dari luar (exogen) masih satu-satunya cara yang paling masuk akal bagi diabetesi Tipe 1 atau mereka yang mewarisi bakat itu, yang pabriknya memang sudah gagal berproduksi sejak usia muda.

Kita tahu, berbeda dengan diabetesi Tipe 2 yang penyakit gulanya baru muncul setelah berumur lanjut, diabetesi turunan sudah muncul sejak muda, bahkan ada yang semasih usia kanak-kanak. Dari sononya pankreasnya gagal berproduksi atau sama sekali tidak berproduksi.

Kekurangan insulin pada diabetesi Tipe 1 tidak mungkin didongkrak hanya dengan obat minum pemacu produksi insulin, sebagaimana lazim terapi yang diberikan kepada diabetesi Tipe 2. Ketergantungan pada insulin inilah yang membuat diabetesi Tipe 1 selama ini tak punya pilihan selain dengan cara menyuntikkan (sendiri) insulin buatan, mungkin perlu sampai empat kali dalam sehari.

Suntikan insulin sama sekali tidak praktis, tetapi masih harus dilakukan karena memang belum ada pilihan lain. Selain itu, bagi yang takut disuntik, suntikan insulin rutin sebuah trauma tersendiri. Belum kesalahan dalam teknik menyuntik, dosis insulin yang seharusnya diberikan, dan kemungkinan timbulnya efek samping.

Harapan baru
Ya, keberhasilan menciptakan serbuk insulin memberi harapan baru bukan saja bagi diabetesi Tipe 1, melainkan juga bisa dimanfaatkan oleh diabetesi Tipe 2. Insulin sedot hidung ini diindikasikan baik bagi diabetesi Tipe 1 maupun Tipe 2.

Kita tahu sebagaimana halnya obat asma sedot hidung (inhaler) yang dengan cara itu akhirnya obat memasuki darah, demikian pula serbuk insulin yang langsung memasuki darah melalui jalur yang berbeda, yaitu paru-paru. Yang semula melalui suntikan di bawah kulit (subcutaneous) dan kemudian masuk ke darah, kini diubah melalui hidung dan akhirnya memasuki darah juga, tetapi lewat paru-paru.

Dari uji klinis insulin sedot hidung terbukti, serbuk insulin cepat diserap (rapid acting). Meski dengan itu diabetesi Tipe 1 belum bisa terbebas sama sekali dari suntikan insulin, frekuensi suntikan insulinnya bisa dikurangi, dengan hasil pengontrolan gula darah yang terbukti jauh lebih baik.

Dibanding dengan hanya suntikan insulin, penurunan gula darah puasa maupun sehabis makan pada diabetesi Tipe 1 yang diberi insulin sedot hidung, hasilnya terbukti lebih baik. Dari uji klinis terbukti pula kalau pemberian insulin sedot hidung tidak sampai merusak paru-paru.@

Indikasi Suntikan Insulin
Umumnya suntikan insulin diberikan pada diabetesi Tipe 1 yang produksi insulinnya tidak ada atau hampir tidak ada. Suntikan ditarget bagi diabetesi dengan level HbA1c kurang dari 7 persen.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com