Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapkan Mental Sebelum Jalani Bayi Tabung

Kompas.com - 18/01/2008, 15:50 WIB

JAKARTA, JUMAT - Menempuh program bayi tabung sebagai upaya untuk memiliki buah hati kini mulai banyak diminati. Meski masih mahal, program bayi tabung telah memberi harapan nyata bagi para istri maupun suami yang mempunyai masalah pada alat reproduksi atau juga karena sebab yang tidak jelas.

Di Indonesia, program bayi tabung dengan menggunakan teknik Fertilisasi In Vitro dan Transfer Embrio (FIV-TE) bukan lagi hal baru. Program bayi tabung di Tanah Air berhasil dilakukan untuk pertama kalinya pada 1988 ditandai dengan kelahiran Nugroho Karyanto pada 2 Mei 1988.

Teknik ini digunakan untuk pertamakalinya di RS Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta, dengan tim dokter yang dipimpin Prof Dr dr Sudraji Sumapraja SpOG.  Saat ini, tercatat sudah ada 11 Rumah Sakit di kota-kota besar Indonesia yang menyediakan program FIV-TE dengan jumlah siklus setiap tahun mencapai sekitar 500 siklus.

Untuk menempuh program bayi tabung, ada dua hal yang patut dipersiapkan pasangan suami istri supaya program yang mereka jalani membuahkan hasil. Seperti dituturkan dr Kanadi Sumapraja, SpOG., Msc, dari divisi Reproduksi Endokrinologi Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo (RSCM),  hal yang perlu dipersiapkan pasutri sebelum menjalani bayi tabung adalah mantal dan finansial.

"Faktor kesiapan mental dan finansial memegang peran sangat penting dalam menjalani program ini. Pasutri yang mengikuti program ini dituntut punya kedisiplinan dan motivasi yang kuat. Mereka harus tahan akan stres," ungkap dr Kanadi di sela-sela peresmian Pusat Layanan Terpadu Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas Klinik Yasmin RSCM, Jakarta, Jumat (18/1).

Menurut Kanadi, program bayi tabung menuntut kesiapan mental dan motivasi kuat. Dengan begitu, rasa sakit dan stres yang muncul selama mengikuti program ini bisa teratasi. Program bayi tabung membawa konsekuensi berat bagi pasangan terutama buat para istri. Setiap hari, sekitar lima hingga 14 hari (tergantung perkembangan tiap individu), istri harus disuntik pada waktu-waktu yang sama.

Para istri juga harus bolak-balik ke rumah sakit dua kali setiap hari untuk pengambilan darah, pemeriksaan ultrasonografi, dan suntik hormon yang bertujuan memperbanyak jumlah sel telur yang matang. Kewajiban tersebut merupakan suatu hal yang melelahkan dan memicu stres, apalagi di kota besar seperti Jakarta. 

"Selain itu, dengan tingkat keberhasilan yang sekitar 40 hingga 50 persen, pasangan harus bersabar jika harus mengulang program. Padahal biayanya sendiri tidaklahsedikit, bisa mencapai 35 hingga 55 juta rupiah," tambahnya.
 
Banyak faktor mempengaruhi
Dr. Kanadi  juga menjelaskan tingkat keberhasilan bayi tabung dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya kasus  endometriosis atau kasus gangguan kesuburan yang tidak terjelaskan.  Tingkat keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor usia. Wanita yang berusia lanjut cenderung punya tingkat keberhasilan yang rendah ketimbang wanita yang masih berusia muda.

"Ini terjadi karena pada wanita usia lanjut, jumlah sel telurnya sudah jauh menurun dan kualitas sel telurnya sudah memburuk," terang Dr. Kanadi.

Sementara dari sisi pria sendiri, tidak ada faktor yang mempengaruhi keberhasilan bayi tabung selama pria masih menghasilkan sperma.  Yang menjadi masalah, kata Dr. Kanadi  jika pria sudah tidak mampu menghasilkan sperma akibat gangguan atau pun penyakit.  "Pada kasus ini biasanya, pria harus melakukan pembedahan mikro, dimana pria harus diambil sebagian jaringan buah zakarnya lalu dari jaringan itu akan dicari sperma di bawah mikroskop.  Biasanya yang akan ditemukan sperma yang masih muda. Dari sperma ini lalu dilakukan program, meski tingkat keberhasilannya belum begitu baik." papar Kanadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com