Sakit Gigi Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA, SENIN - Sakit gigi dan mulut ternyata tidak hanya menyakiti diri seseorang. Diam-diam, sakit gigi juga merecoki atas sepak terjang pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Menyadur dari hasil survey kesehatan pada 2001, Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia Emir M Muis menyebut akibat sakit gigi dan mulut dalam rata-rata per tahun telah terjadi potensial loss kehilangan kerja sebanyak 3,86 hari kerja per orang per bulan.

"62,4 persen penduduk merasa terganggu pekerjaan dan sekolahnya karena sakit gigi, yang kemudian berakibat pada kerugian ekonomi," ujar Emir M Muis saat membuka Konggres Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) ke-23 di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (17/3).

Penyakit gigi dan mulut menurut Emir, merupakan penyakit berperingkat pertama di masyarakat Indonesia. Dari 10 kelompok penyakit, penyakit gigi dan mulut merasuki 60 persen penduduk Indonesia.

"Kondisi ini akan mempengaruhi pendapatan penduduk per kapita," ujarnya.

Penyakit gigi dan mulut, menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla memang merupakan penyakit yang sulit ditunda penyembuhannya. Dirinya bahkan mesti merelakan waktu untuk membenahi gigi dan mulut.

"Penyakit gigi itu susah ditunda. Sebagai wapres, biasanya dokter menghadp ke saya, cuma dokter gigi yang saya mesti datangi," tukasnya disambut tawa peserta Kongres.

Lebih lanjut Kalla berharap, masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat seiring peningkatan pendapatan. Pasalnya, saat ini ada sekitar lima persen masyarakat di Indonesia yang justru memilih berobat di luar Indonesia.

"Masyarakat yang mampu sekitar lima persen, operasi kutil saja ke Singapura. Kenapa itu terjadi, ini karena pergeseran kepercayaan, " paparnya.

Saat ini, dokter gigi Indonesia berjumlah16. 786 orang, dengan dokter spesialis 1229. Mereka ini teregistrasi di konsil Dokter Indonesia. Mengacu pada kebutuhan dokter gigi sebanyak 22.500, Indonesia saat ini kekurangan tenaga sebanyak 5.714 orang dokter gigi. Kongres PDGI akan berlangsung di Surabaya pada 20-22 Maret 2008. (Persda Network/ade mayasanto)