Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sendawa, Buang Angin, Tanda Kurang Enzim?

Kompas.com - 09/04/2008, 13:19 WIB

BILA Anda termasuk orang yang punya masalah dengan perut dan pencernaan, misalnya sering merasa kembung, sendawa, atau pun buang angin, sebaiknya waspada.  Bisa jadi Anda termasuk salah satu orang yang kekurangan enzim pencernaan.

Perut yang terasa penuh  akibat timbulnya gas berlebihan di dalam sistem pencernaan, baik di dalam lambung, usus halus dan usus besar kerapkali dianggap masyarakat umum sebagai problem atau gejala sakit maag.

¨Rasa penuh di perut atau sebah, kembung dan nyeri lambung memang  sering disalahartikan masyarakat sebagai sakit maag.  Padahal gejala itu belum tentu maag, melainkan bisa juga gangguan lain misalnya kekurangan enzim,¨ ungkap Dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, dalam seminar media tentang enzim di Jakarta Selasa (7/4) kemarin.

Dr Ari menjelaskan, nyeri perut memang tak selalu identik  dengan sakit maag, tetapi bisa jadi berbagai macam penyakit mulai dari  yang ringan sampai berat.  Penentuan atau diagnosanya  juga sangat tergantung dari lokasi atau bagian saluran cerna mana yang bermasalah atau terasa sakit, apakah itu bagian atas (dari mulut sampai usus 12 jari) atau pun bawah (dari usus 12 jari sampai dubur) .

¨Gejala klinis gangguan saluran cerna bisa sangat beragam apakah itu di saluran cerna  atas atau bawah.  Jadi untuk memastikannya, jangan mengambil kesimpulan dan mengobatinya sendiri, tetapi sebaiknya memang harus melalui pemeriksaan dokter,¨ tegasnya.

Namun begitu, ada pula beberapa gejala yang mudah dikenali bila Anda memang mengalami gangguan seperti misalnya kekurangan enzim atau sindrom malabsorbsi atau maldigesti.

¨Gejalanya seperti kembung pada perut, nafsu makan menurun, diare, perut tidak nyaman atau suara usus meningkat karena adanya gas yang berlebihan,¨ terang Dr Ari.    

 Sindrom ini lanjutnya terjadi karena adanya penyerapan makanan yang terganggu akibat kurangnya enzim pencernaan.    Tanpa enzim yang cukup dalam pencernaan, makanan tidak bisa diserap oleh usus sehingga proses metabolisme terganggu.

Bahkan menurut sebuah data penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada 2002, gangguan enzim (maldigestasi) ini merupakan penyebab utama diare kronik non infeksi yakni prosentasenya mencapai 62,6 persen.

¨Penyebab gangguan enzim ini bisa beragam mulai dari faktor genetika seperti misalnya banyak orang Indonesia yang kekurangan enzim laktese, gangguan pankreas hingga faktor usia yang menyebabkan produksi enzim tubuh semakin menurun,¨ jelas Dr Ari.

Gangguan enzim, lanjutnya bisa terjadi pada seseorang biasanya ketika makan berlebihan atau terlalu banyak, terutama lemak.  Atau bisa pula disebabkan pola makan yang buruk seperti terburu-buru atau meningkatnya asam lambung sehingga menghalangi fungsi enzim.

¨Untuk mengetahui adanya ganggun enzim, dokter biasanya melakukan pemeriksaan mulai dari wawancara, periksa fisik hingga tes darah dan feses di laboratorium.  Biasanya dokter akan memberi obat-obatan, vitamin dan mineral atau pun enzim pencernaan,¨ terangnya.

Untuk mengatasinya juga bisa dilakukan dengan cara suplementasi enzim atau menerapkan diet atau pola makan yang tepat seperti mengurangi konsumsi makanan berlemak seperti daging, coklat atau keju.    

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com