Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanja Lidah Penderita Diabetes dan Kegemukan

Kompas.com - 14/01/2009, 09:13 WIB

DALAM dunia bisnis, produk aspartam bisa ditemui dalam beragam nama dagang produk gula diet. Nah, apa sebenarnya zat bernama aspartam itu?

Secara kimiawi, aspartam merupakan pemanis sintetis tanpa karbohidrat yang hanya tersusun dari protein. Aspartam ditemukan pertama kali oleh James Schslatte pada pada 1965 silam.

Kemudian, pada 1981, lembaga pengawas makanan dan obat-obatan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA) menyetujui aspartam sebagai pemanis yang aman bagi kesehatan.

Sejak saat itu, aspartam pun menggeser pemanis buatan yang sebelumnya banyak dipakai industri, yakni sakarin. "Aspartam lebih aman daripada sakarin," kata ahli teknologi pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Faisal Anwar. Saat ini, aspartam telah digunakan pada hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia, terutama minuman bersoda dan permen.

Seperti sakarin, aspartam mempunyai kemampuan memberikan sensasi rasa manis di lidah. Tingkat kemanisan aspartam mencapai 200 kali kemanisan gula (sukrosa). "Sehingga penggunaan aspartam tidak perlu banyak banyak, kurang dari 1 persen dari penggunaan gula biasa," kata Faisal.

Tidak seperti sakarin, rasa manis aspartam lebih baik. Pasalnya, rasa manis aspartam mengandung cita rasa buah-buahan. "Ra;a manis yang muncul benar-benar manis, tidak pahit seperti sakarin," jelas Faisal. .

Selain itu, aspartam yang tersusun dari senyawa protein juga mempunyai kelebihan berupa kandungan kalori yang minim. Gula buatan ini mengandung kalori yang jauh lebih rendah dibandingkan gula biasa. Maklum, tidak,ada unsur karbohidrat yang menyusun gala sintetis ini.

Kandungan kalori aspartam hanya 4 kilocalorie (kcal) per gram. Menurut para ahli kesehatan, kandungan kalori ini sangat aman bagi penderita kegemukan atau obesitas dan diabetes melitus yang menghindari kalori berlebih.

"Oleh karena itu, aspartam menjadi gula diet dan pengganti gula penderita diabetes yang tetap ingin merasakan rasa manis," tandas Spesialis gizi klinik Medikal Plaza Internasional Klinik, Samuel Oentoro.

Para pengguna gula diet bisa mencampur gula ini langsung diseduh bersama minuman, atau ditabur di atas makanan. Sebagian lain juga dicampur dalam masakan.

Sayangnya, aspartam memiliki kelemahan, yakni tidak tahan berada pada suhu yang tinggi. Titi Sekar Indah, ahli gizi Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta mengatakan, dalam suhu tinggi, aspartam tak lagi manis. Oleh karena itu, Titi menyarankan agar pengguna tak membubuhkan aspartam pada makanan yang sedang dimasak. "Nanti malah pahit," kata Titi. (Adi Wikanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com