Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lupus Renggut Nyawa dan Wisuda Tini

Kompas.com - 28/02/2009, 17:07 WIB

Pertengahan Januari 2009, Tini kembali masuk ke RSS Antonius Kota Pontianak. Dia dirawat intensif di ruang ICCU. "Kondisinya terus memburuk. Padahal, kami telah berusaha semaksimal mungkin," ujar Ngatno.

Hingga pada akhirnya, keluarga berinisiatif untuk memakaikan toga ke Tini, Kamis (22/1). Keluarga kemudian mengusahakan toga dan meletakkannya di atas tubuh Tini yang sudah beberapa hari koma.

Sejumlah anggota keluarga sempat berfoto bersama Tini yang sedang koma dan memakai toga. Ngatno dan anggota keluarga lain yang menyaksikan hal itu tak sanggup menahan air mata. Keluarga di ruang perawatan di RSS Antonius itu pun terharu.

Keesokan harinya, Jumat (23/1), Tini mengembuskan nafas terakhirnya. "Setelah dia kami pakaikan toga, saya katakana kepada dia, agar tidak memberatkan wisuda. Kalau mau pergi, pergilah, Nak," ujar Yustina terputus-putus. Ibu empat anak ini menangis saat mengingat hari terakhir anaknya itu.

Yustina kini telah dimakamkan di Pemakaman Muslim BLKI. Kursi kosong di Auditorium Untan itu sengaja disiapkan panitia, karena Tini telah mendaftar untuk ikut wisuda pada Sabtu hari ini bersama 1.032 wisudawan baru.

Seribu Wajah
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, dr Asroruddin, menjelaskan, hingga saat ini penyakit lupus belum ditemukan obatnya. "Gejala penyakit ini banyak. Mulai yang terkecil sampai terparah," ujarnya saat dihubungi Tribun, Jumat.

Asroruddin menjelaskan, gejala lupus sangat beragam, karena itu lupus juga disebut penyakit seribu wajah. "Gejalanya bisa anemia atau yang lainnya seperti badan membengkak. Kalau gejala yang paling parah, itu gagal ginjal," katanya.

Dia berpesan, jika ada masyarakat yang keluarganya mengidap gejala beberapa penyakit, segera menghubungi dokter atau ke rumah sakit terdekat. "Semakin cepat diperiksa, makan semakin cepat diagnosanya, " ujarnya. (lpr/nip)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com