Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merancang Ulang Sel Punca

Kompas.com - 11/06/2009, 10:06 WIB

Namun, menurut Yuda Heru Fibrianto, peneliti sel punca dari Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, efisiensi dari pembentukan sel iPS relatif rendah. Ada kemungkinan penggunaan asal sel itu yang menyebabkan sel punca tidak berdiferensiasi secara tetap, integrasi retrovirus dalam tempat khusus tidak disyaratkan untuk induksi sel iPS.

Kini tim ilmuwan yang dipimpin Juan Carlos Izpisua Belmonte di Salk Institute for Biological Studies di La Jolla, California, berhasil meningkatkan efisiensi pemrograman ulang lebih dari 100 kali dan mempersingkat waktu proses. Mereka membuat sel iPS dari keratinosit (materi pembentuk lapisan terluar kulit dan protein pembuat rambut, kulit, kuku) yang ditempelkan pada rambut manusia.

Metode ini sederhana dan praktis untuk menciptakan sel punca demi terapi penyakit tertentu yang semula sulit dilakukan karena rendahnya efisiensi proses pemrograman ulang. Metode ini sekaligus menghindari prosedur pembedahan untuk mengumpulkan sel organ tertentu demi memperoleh sel punca.

Sel iPS memberi bukti nyata untuk pengobatan anemia sel dengan memakai model tikus. ”Metode iPS memberi janji yang diberikan sebelumnya oleh terapi kloning, yaitu tidak butuh pemakaian obat penekan kekebalan untuk mencegah penolakan dari sel transplantasi yang tak cocok, memperbaiki kelainan genetik, dan secara berulang mendiferensiasi sel iPS ke dalam tipe sel yang diinginkan untuk melanjutkan pengobatan,” kata Yuda.

Di Indonesia

Riset sel punca di banyak negara berkembang pesat dengan metode makin canggih. Di Indonesia, aktivitas riset yang memakai sel punca dewasa mulai dilakukan sejumlah lembaga swasta dan perguruan tinggi, antara lain Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada.

Meski masih dalam tahap penelitian, pengobatan sel punca mulai dilakukan untuk mengatasi serangan jantung, osteoartritis, dan luka bakar.

Tim peneliti dari Unit Luka Bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, misalnya, meneliti keamanan dan efikasi dari aplikasi sel punca pada luka bakar derajat 2 atau kerusakan kulit yang melibatkan sebagian besar dermis.

Dalam riset itu, sel punca diambil dari tali pusat yang diisolasi dan diproses oleh Stem Cell and Cancer Institute (SCI). Menurut dokter spesialis bedah plastik dari FKUI/RSCM, dr Yefta Moenadjat, dari Unit Luka Bakar FKUI/RSCM, dalam proses penyembuhan luka, aplikasi sel punca mempersingkat fase inflamasi, memperbaiki fase fibroplasia dan mempercepat proses epithelialisasi pada daerah yang umumnya sulit terjadi.

Kini sejumlah peneliti juga tengah mengembangkan sel iPS disertai aplikasi preklinik maupun klinis sebagaimana dilakukan di Pusat Penelitian Sel Punca UGM.

”Kami juga akan membuat iPS universal sehingga didapatkan pluripotent sel punca yang siap pakai bagi siapa saja yang membutuhkan,” kata Yuda Heru Fibrianto dalam seminar yang diprakarsai Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI).

Selain bisa mengakhiri debat etika seputar sel punca embrionik dan potensi sebagai terapi masa depan, aplikasi sel iPS bukan berarti bebas masalah. Menurut Yuda, sejumlah rintangan yang dihadapi adalah, bagaimana menghindari gen berbahaya sebagai bagian faktor pemrograman ulang, mencegah penggunaan pengantar gen dari vektor retrovirus pembawa risiko masuknya mutagen. ”Yang juga penting adalah, bagaimana mengembangkan sel iPS manusia yang sehat dan kuat,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com