Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juragan Rokok pun Tahu Pentingnya Buku

Kompas.com - 28/09/2009, 20:11 WIB

Oleh Diana AV Sasa

Suatu hari, kamitua dan diplomat kawakan Indonesia, Haji Agus Salim, hadir dalam penobatan Elizabeth II sebagai Ratu Inggris di Istana Buckingham. Ia menghampiri Pangeran Philip seraya mengayun-ayunkan rokok kretek. Sang Pangeran terlihat penasaran dengan aroma kretek yang dihisap Salim.

"Paduka, adakah Paduka mengenali aroma rokok ini?” kata Salim. Setelah mencoba menghirup-hirup bau asap rokok kretek itu, Sang Pangeran mengaku asing dengan aroma itu. Sambil tersenyum, Salim lalu berkata, "Paduka, inilah sebabnya 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa Paduka mengarungi lautan mendatangi (menjajah) negeri kami."

Cerita Salim itu memberi sepotong gambaran bagaimana tembakau menjadi salah satu candu yang memandu galeon-galeon Negeri Utara menaklukan negeri-negeri di bawah angin, yakni Nusantara.

Dalam peta rempah, Nusantara memang salah satu penghasil tembakau dan cengkeh terbesar di dunia. Wajar kemudian industri rokok berdiri sangat suburnya. Bahkan dalam catatan tahun 2005, negara berhasil meraup cukai sebanyak 29 triliun dari rokok.

Kabar baiknya itu. Kabar buruknya: nyaris seluruh dokter di dunia ini jika ditanyakan soal rokok akan menyumpahinya habis-habisan. WHO bahkan harus mengeluarkan memo yang merindingkan bulu kuduk: jika tak serius dan keras mengatur peredaran rokok, satu milyar penduduk terancam mati di ujung batang candu ini.

Salah satu terdakwa utama dari semua “kejahatan” ini tentu saja juragan rokok. Nyaris semua dosa dan kutukan itu mesti dipundaki oleh mereka, walau mereka sudah menempelkan peringatan di setiap kemasan rokok: “Rokok dapat menimbulkan kanker, serangan jantung, impotensi, ganguan kehamilan dan janin”.

Mungkin dosa itu tak termaafkan sama sekali. Tapi ada seorang juragan rokok yang tahu bagaimana mengurangi bobot dosa sosial itu dengan jalan buku. Namanya George Arents. Ia kolektor ‘tembakau’ yang hidup di abad-19. Arents besar di lingkungan keluarga pengusaha rokok di New York. Ayahnya membangun bisnis rokok itu dari nol.

Arents ini punya hobi istimewa. Selain menjadi pemegang tali komando perusahaan rokok milik keluarganya, ia juga menaruh  minat yang begitu besar untuk mengoleksi segala hal tentang tembakau (rokok). Semuanya berawal ketika di  usianya yang ke-18, ia membeli selembar pamflet A Pinch of Snuff, seharga $2.25. Pamflet itu seperti magnet yang menuntunnya untuk mengumpulkan segala sesuatu yang ‘berbau’ tembakau.

Mula-mula Arents hanya mengumpulkan gambar, sketsa, pamflet-pamflet, atau pernik-pernik, yang terdapat dekorasi tembakau(rokok)nya. Kerap elemen tembakau itu hanya seupil; sekadar pelengkap dan bahkan nyaris terabaikan jika tak dipelototi dengan seksama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com