Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juragan Rokok pun Tahu Pentingnya Buku

Kompas.com - 28/09/2009, 20:11 WIB

Lantaran koleksi sudah membludak, terbersit di pikiran Arent bagaimana menyusun barang-barang itu. Apa hanya memajangnya begitu saja di rumah, menjualnya, atau dimusnahkan karena terlalu banyak dan tak terawat? Tapi Arents sadar bahwa sejarah itu penting. Dan tembakau adalah subjek pengubah sejarah dunia, sebagaimana dikatakan Agoes Salim di depan.

Mulailah Arents menekuni hobi baru: mencari dan mengoleksi buku-buku yang menceritakan hal-ihwal tembakau, prosedur menanam dan merawat tembakau, hingga buku yang membahas penjualannya.

Ia juga mengkliping ulasan di media cetak yang membahas manfaat maupun kerugian yang ditimbulkan tembakau. Termasuk berita ekonomi seputar perdagangan tembakau dan rokok. Tak ketinggalan dokumen-dokumen perusahaannya. Kliping itu disusunnya dengan rapi, diberi sampul, dan dijilid dalam beberapa volume.

Tak berhenti di situ saja. Untuk memperkaya koleksinya, Arents mulai menyusur manuskrip-manuskrip tua, jurnal-jurnal perdagangan dan kesehatan, lembaran-lembaran perusahaan, lukisan para pelukis besar, buku-buku satra, hingga lagu dan puisi yang di dalamya terdapat unsur tembakau (rokok).

Di antara koleksi Arents itu ada narasi berjudul Bapa Abraham karya William Faulkner yang mengisahkan seorang lelaki yang terus-menerus “mengunyah tembakau dengan perlahan dengan ketukan teratur, dan nyaris tak seorang pun melihat kelopak matanya mengatup”. Ia juga punya lukisan yang diyakini karya Vincent van Gogh yang menggambarkan sesosok lelaki tegap duduk sambil ngemut cerutu.

Manuskrip Oscar Wilde, The Importance of Being Earnest, masuk juga dalam daftar buruan Arent karena ada satu bagian dalam kitab itu mengisahkan tentang rokok. Selain itu juga ada secarik puisi di pengujung abad 16 karya Robert Devereux, seorang pangeran dari Essex, yang menyelipkan sepotong kalimat, ”Bukannya tembakau yang membuat otakku tolol.”

Buruan lain Arents adalah kartu rokok. Kartu ini biasanya diselipkan ke dalam bungkus rokok yang berguna sebagai pelindung dan sekaligus iklan. Biasanya dalam kartu itu berisi macam-macam soal dan berseri. Misalnya, ada seri “Kekuasaan dan Kekaguman” yang berisi aneka ilmu pengetahuan alam yang terdiri atas 250 jenis gambar.

Kartu-kartu itu oleh Arents ditempel dan disusun di atas kertas kosong dengan rapi. Kemudian setelah lengkap satu seri, dia lalu menjilidnya. Demikian pula yang dilakukan pada kertas rokok dan dokumen-dokumen perusahaan hingga menjadi ratusan jilid banyaknya.

Inilah keseluruhan daftar koleksi Arents dari sebuah kegilaan: 125 ribu jenis kertas rokok, ribuan buku tentang rokok, juga puluhan seri “kartu rokok”. Dari koleksi itu, Arents menjadi salah satu sejarawan terbesar dunia yang mengawetkan ingatan kita tentang sejarah panjang tembakau.

Hingga 1942, Arents pun memutuskan untuk menghibahkan seluruh koleksinya pada New York Public Library berikut seorang karyawan tetap, biaya perawatan koleksi, serta sumbangan untuk perbaikan perpustakaan. Arents ingin koleksinya bisa terawat sebagaimana dia memperlakukannya di rumah.

Inilah cara Arents menghela kutukan masyarakat. Dengan membuka lini sejarah tembakau dan menyokong dana perawatan perpustakaan, paling tidak masyarakat memiliki sangu pengetahuan tentang dunia tembakau dan seluruh entitas yang menyertainya. Termasuk industri yang menghelanya.

Di Indonesia, kita punya tujuh industri raksasa rokok. Sebut saja Gudang Garam di Kediri, Djarum di Kudus, Bentoel di Malang, serta Sampoerna di Surabaya. Industri terakhir ini bahkan memiliki museum sendiri di Surabaya yang bisa dikunjungi masyarakat. Tapi dalam museum itu tak satu pun lini kepustakaan yang mengulas lengkap sejarah panjang rempah dan tembakau di negeri bawah angin ini.

Memang, Djarum dan Sampoerna sudah punya lini untuk memberi beasiswa kepada pelajar yang berprestasi. Tapi kita masih menunggu industri-industri raksasa itu membenahi perpustakaan-perpustakaan kota yang dikelola secara serampangan dengan dana yang melas.(Diana AV Sasa, Pengasuh Portal Berita Buku "Indonesia Buku.com")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com