Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tubuh 'Melengkung' Akibat Penyakit Rematik Genetik

Kompas.com - 16/12/2009, 12:44 WIB

Sakit di pinggang disebabkan oleh keadaan yang disebut entesopathy, yaitu radang pada tempat melekatnya ligamen dengan tulang belakang. Ligamen berfungsi menghubungkan dua ruas tulang belakang. Setelah peradangan terjadi cukup lama, akan terjadi pembentukan tulang baru, dan dua ruas tulang belakang ini bisa menyatu. Proses penyatuan ini berjalan lambat, dan setiap tahun akan terjadi pengulangan menyatunya dua ruas tulang belakang.

“Proses ini terjadi dari pinggang sampai leher. Dimulai di usia 20-an, dan lambat-laun, saat penderita berusia 40-an tahun, ruas akan menyatu. Proses penyatuannya mirip pohon bambu,” cerita Harry.

Ruas tulang belakang yang menyatu akan mengakibatkan penderita sulit menggerakkan badan. Akibatnya, ia jadi susah membungkuk. Dan jika sudah bungkuk, sulit ditegakkan kembali. Atau jika leher yang terserang, menengok pun menjadi pekerjaan yang nyaris mustahil dilakukan.

"Untuk menengok, seluruh badan harus ikut bergerak,” kata Harry. Bahkan, pada tingkat berat, tubuh penderita akan membungkuk seperti tanda baca koma. Penderita tak bisa tidur terlentang karena tubuhnya yang "melengkung," dan terpaksa tidur dalam posisi miring.

Selain nyeri di pinggang, rematik genetik juga bisa menyerang sendi peripheral, yaitu sendi sentral yang pusatnya di tulang belakang manusia. Sendi peripheral ini adalah lutut, jari tangan, jari kaki, juga siku. Kondisi ini menyerang 20 persen dari jumlah seluruh pasien.

“Yang paling sering diserang adalah pergelangan kaki, lutut, panggul, dan bahu. Biasanya pasien mengeluh rasa sakitnya juga di bagian itu,” tutur Harry. Ada kemungkinan, nyeri pada pinggang dan sendi peripheral itu juga disertai penyakit lain yang menyerang mata, kulit, saluran cerna, dan varian lain. (Nova/Bestantia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com