Peningkatan penderita kanker kolorektal, yakni kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum (daerah antara usus besar dan anus), pada kalangan muda Indonesia terutama karena faktor makanan yang tinggi lemak dan mengandung zat pengawet. Di Indonesia peningkatan itu juga karena infeksi.
Kanker kolorektal memang secara predominan terjadi di kelompok usia 50 tahun ke atas. Di Amerika Serikat dan Eropa sekitar 2-8 persen saja kanker kolorektal terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
Di Indonesia, sesuai data dari bagian Patalogi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2003-2007, jumlah pasien kanker kolorektar di bawah usia 40 tahun mencapai 28,17 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sekitar 700.000 pasien di dunia meninggal tiap tahun karena kanker kolorektal. Risiko kanker ini sama tingginya pada pria dan perempuan.
”Kalangan muda saat ini
Meskipun pemeriksaan darah pada feses umumnya mengarah pada hemoroid (wasir), ujar Aru, kita tetap perlu waspada. Cara sederhana, dokter bisa melakukan pemeriksaan colok dubur.
Jika terjadi perubahan kebiasaan buang air besar (BAB) yang meliputi frekuensi dan konsistensi BAB tanpa sebab yang jelas, itu juga merupakan gejala kanker kolorektal. Apalagi, jika kondisi itu terjadi lebih dari enam minggu.
Seseorang mesti waspada saat merasa sakit di perut atau bagian belakang. Demikian juga ketika perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar.