Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak dari Kurang Gizi Sulit Diperbaiki

Kompas.com - 31/03/2010, 04:10 WIB

Jakarta, Kompas - Persoalan tumbuh kembang anak yang terjadi karena kurang gizi sulit untuk diperbaiki. Akibatnya, generasi mendatang akan terancam kurang kualitasnya.

Hal itu terungkap dalam pemaparan Ketua Satuan Tugas Perlindungan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Rachmat Sentika dalam acara Journalist Class bertema Gizi dan Masa Depan Generasi Muda, Selasa (30/3). Dampak kurang gizi dan infeksi pada anak, antara lain, kurangnya tumbuh kembang otak yang dapat bersifat permanen dan tak terpulihkan.

Hal itu karena anak melewatkan kesempatan periode emas tumbuh kembangnya. Jika status gizi tidak diperbaiki, sel-sel otak tidak bisa berkembang dan sulit dipulihkan. Perkembangan jaringan otak dengan stimulasi mencapai 80 persen pada usia 0-3 tahun. Pada usia 10 tahun perkembangan jaringan otak yang sehat disertai stimulasi akan mencapai 90 persen. Tanpa stimulasi perkembangan jaringan otak akan jauh di bawah persentase tersebut.

Berat badan dan tinggi anak pun kurang. Kurang gizi pada masa remaja dan usia sekolah mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan produktivitas yang rendah. Hal itu menjadi beban pembangunan.

Di antara berbagai indikator tujuan pembangunan milenium lainnya, target perbaikan terhadap gizi buruk termasuk yang sangat berat dicapai dan penuh tantangan.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, status gizi masyarakat masih rendah dengan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita 18,4 persen, yakni gizi kurang sebesar 13,0 persen dan gizi buruk sebesar 5,4 persen.

Selain itu, masih terjadi disparitas angka kekurangan gizi pada balita antarwilayah. Tantangan dalam menghadapi persoalan itu ialah bagaimana meningkatkan status gizi masyarakat dengan fokus pada ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun. Tantangan lainnya ialah menjamin kecukupan zat gizi, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan kualitas lingkungan kesehatan lingkungan. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com