Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Maaf yang Baik dan yang Buruk

Kompas.com - 22/08/2010, 03:43 WIB

Dengan ungkapan tersebut pasti kita akan merasa disudutkan sebagai orang yang sensitif yang membuat kita cepat berang. Andaikata kita ditanya tentang permohonan maaf yang bagaimana yang sebenarnya kita harapkan, maka ungkapan berikut inilah jawabannya:

”Maaf ya, saya tadi mengkritikmu saat kamu cerita tentang lelucon di hadapan teman-temanmu, karena saya merasa sebagai suami, saya wajib memerhatikan perilaku sosialmu agar reputasimu tetap terjaga.”

Kecuali itu, permintaan maaf yang dirasionalisasi pun tidak membuat orang nyaman, seperti misalnya: ”Wah, saya sudah mencoba menelepon kamu beberapa kali, tetapi tiba-tiba tangan saya terkilir dan saya tidak bisa menekan tombol telepon lagi.”

Atau ”Maaf, ya..., soalnya kamu tidak pernah bertanya apakah saya sudah menikah dengan 2 orang anak atau masih lajang.”

Komentar:

Apabila kita melakukan konfrontasi terhadap sesuatu yang tidak dilakukan atau yang dilakukan pasangan kita, misalnya, sebenarnya akan lebih memuaskan teman berelasi atau pasangan kita sendiri, jika permohonan maaf kita disampaikan dengan tulus. Misalnya: ”Saya benar-benar minta maaf, ya.” Atau ”Maaf ya, lama sekali saya tidak kontak kamu.”

Seyogianya kita tidak sekalipun menambahkan upaya rasionalisasi yang terkesan mengada-ada, karena dengan rasionalisasi, tanpa kita sadari kita menyatakan bahwa kesalahan bukan dari diri kita.

Pasangan lelaki yang sedang menjalani konsultasi perkawinan dengan saya mengatakan bahwa ia sering jengkel apabila istrinya setiap saat mengungkit perselingkuhan yang telah diselesaikan 3 bulan lalu, merespons istrinya dengan permintaan maaf : ”Maaf, ya. Mengapa kamu selalu mengungkit perselingkuhan yang sudah saya bereskan 3 bulan lalu. Saya mau mulai memperbaiki hubunganku denganmu.” Itu dengan suara keras setengah membentak, sampai istrinya terdiam dan akhirnya menangis.

Permintaan maaf yang seyogianya dilakukan adalah: ”Cobalah pikirkan, cara kamu selalu mengungkit perselingkuhanku yang sebenarnya telah selesai setiap kamu jengkel pada saya, cara itu sangat tidak baik untuk dirimu sendiri. Pasti akan membuka luka batinmu sendiri, kalau memang kamu belum puas terhadap penjelasanku tentang perselingkuhan itu, saya akan berikan waktu khusus untuk membicarakannya, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Percayalah, bahwa saya benar-benar mau memperbaiki hubungan denganmu.”

Nah, selanjutnya, kita pulangkan semua pemahaman akan permintaan maaf dalam kalbu kita yang paling dalam. Setujukah kita pada pendapat A atau pendapat H. Kemudian dengarkanlah dengan cermat apa kata nurani kita yang paling dalam, sambil mempertimbangkan perasaan pasangan kita. Maksudnya, agar permintaan maaf yang perlu kita sampaikan membuat perasaan kita dan pasangan kita atau orang yang berelasi dengan kita menjadi nyaman kembali dan relasi yang terjalin pun pulih.***

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com