Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Ketajaman Penglihatan

Kompas.com - 23/08/2010, 10:50 WIB

Saya pegawai negeri berumur 54 tahun. Tidak lama lagi akan memasuki usia pensiun. Saya sudah cukup lama menderita diabetes melitus. Penyakit saya ini pertama kali terdiagnosis 8 tahun yang lalu. Gejalanya, berat badan saya menurun dan saya sering buang air seni pada malam hari.

Pada waktu itu dokter menganjurkan pengaturan makanan, olahraga, dan pada tahap pertama pemakaian suntikan insulin. Namun, karena gula darah saya terkendali dan berat badan saya meningkat, rupanya dapat dilanjutkan dengan minum obat penurun gula darah.

Perubahan obat ini menyenangkan bagi saya. Saya patuh minum obat dan mengamalkan hidup sehat, termasuk olahraga dan mengatur makanan sesuai anjuran. Gula darah saya terkendali. Saya beruntung karena untuk kontrol ke dokter dan pemeriksaan laboratorium dan obat, saya dapat penggantian dari asuransi kesehatan. Namun, setelah berjalan dua tahun, saya tergoda oleh iklan.

Terus terang saya agak bosan minum obat terus-menerus. Saya beralih ke obat herbal yang menjanjikan dapat menyembuhkan penyakit diabetes. Saya mengonsumsi obat herbal meski harus membeli sendiri. Makan saya menjadi tidak terkendali lagi. Pantangan yang selama ini saya hindari, seperti gula waktu itu, saya langgar. Saya merasa lebih menikmati hidup karena dapat makan dengan bebas.

Setelah cukup lama hidup dengan obat herbal, saya mengalami bisul berulang. Saya berobat ke dokter, ternyata gula darah saya melampaui angka 400 miligram. Dokter terkejut dengan angka tersebut dan menyayangkan gula darah saya yang selama ini terkendali ternyata meningkat secara tajam. Saya harus menjalani pengobatan secara intensif dan dokter juga mencari komplikasi yang mungkin terjadi akibat gula darah yang tidak terkendali. Ternyata fungsi ginjal saya sudah mulai meningkat meski hanya sedikit di atas angka normal.

Kelainan lain adalah pembuluh darah pada retina mata kanan saya. Saya beruntung karena kelainan tersebut masih pada tahap dini. Saya harus menjalani terapi laser untuk memperbaiki pembuluh darah retina tersebut. Rupanya, penurunan penglihatan mata kanan saya yang saya duga karena katarak, ternyata disebabkan oleh komplikasi diabetes melitus.

Pengalaman ini merupakan pelajaran berharga bagi saya. Tidak ada jalan yang mudah untuk sembuh dari penyakit diabetes melitus selain kepatuhan untuk menjalani hidup sehat dan patuh minum obat. Saya hanya berharap komplikasi penyakit saya tidak bertambah dan bertekad untuk mulai lagi hidup sehat dan menerima kenyataan untuk hidup dengan diabetes melitus.

Seberapa jauh peran obat herbal dalam terapi diabetes melitus? Apakah komplikasi diabetes melitus dapat dicegah?

MK di B

Komplikasi diabetes melitus jangka panjang memang dapat berupa kelainan pembuluh darah, baik pembuluh darah yang kecil maupun besar. Komplikasi tersebut dapat terjadi pada mata, ginjal, pembuluh darah kaki dan pembuluh darah koroner pada jantung.

Sebenarnya, komplikasi kronik pada mata yang berupa retinopati diabetik cukup sering dijumpai. Pada keadaan lanjut, komplikasi ini dapat menimbulkan kebutaan. Jadi jelaslah, komplikasi kronik diabetes melitus cukup serius dan memerlukan kesadaran untuk mencegahnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan baik jika diabetes melitus didiagnosis pada stadium dini sebelum ada komplikasi. Karena sebenarnya upaya mengendalikan gula darah merupakan salah satu cara mencegah komplikasi.

Selain itu, pada waktu yang bersamaan dengan diabetes melitus juga sering dijumpai kelainan lemak berupa peningkatan kolesterol atau trigliserida. Karena itu, lemak juga harus dikendalikan dengan baik.

Obat herbal

Di negeri kita terdapat berbagai macam tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sebagian tumbuhan tersebut telah digunakan oleh nenek moyang kita dan berhasil memelihara kesehatan masyarakat. Karena itu, pemerintah bersama profesi kedokteran di Indonesia sangat mendorong pengembangan obat herbal sebagai salah satu cara terapi.

Namun, dewasa ini penggunaan obat herbal hendaknya didukung oleh bukti-bukti penelitian (uji klinik). Kalangan kedokteran juga cukup gencar melakukan penelitian mengenai obat herbal. Kumis kucing dan seledri diteliti manfaatnya untuk hipertensi. Kurkuma untuk penyakit saluran cerna. Kayu manis yang juga banyak di negeri kita diteliti untuk obat penurun gula darah. Kita berharap akan banyak hasil penelitian yang menilai manfaat dan keamanan obat herbal.

Nah, sebelum ada bukti yang sahih, sebaiknya kita tetap menggunakan obat yang sudah terbukti manfaatnya. Pada penatalaksanaan diabetes melitus, obat pengendali gula darah hanyalah salah satu upaya di samping upaya lain, yaitu pengendalian makanan serta berolahraga.

Anda dapat berdiskusi dengan dokter Anda apakah tambahan obat herbal akan bermanfaat untuk pengendalian diabetes melitus Anda. Namun, langsung mengganti obat yang selama ini sudah dirasakan manfaatnya dengan obat herbal sangatlah berisiko.

Sampai saat ini penelitian menunjukkan belum ada obat yang menyembuhkan diabetes melitus termasuk obat herbal. Anda beruntung komplikasi diabetes yang Anda alami masih pada tahap awal. Semoga Anda akan berhasil mempertahankan gaya hidup sehat Anda serta mengendalikan diabetes melitus. Saya sangat berharap Anda akan tetap sehat dengan kualitas hidup yang baik.  

Dr Samsuridjal Djauzi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com