Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Batik agar Tak Jadi Tren Sesaat

Kompas.com - 03/10/2010, 04:01 WIB

Ia menuturkan, untuk mencuci selembar kain batik koleksinya yang berusia sekitar 50-an tahun dibutuhkan perlakuan-perlakuan khusus.

"Saya menggunakan air panas dan menyiapkan empat ember air untuk mencuci satu lembar kain batik kuno," katanya, didampingi Senior Manager Product Development PT KAO Indonesia Seiji Kikuta.

Pria kelahiran 31 Agustus itu mengatakan satu ember berisi air panas, sedangkan tiga ember yang lain berisi air dingin.

"Sabun pencuci dilarutkan dalam air panas, lalu kain direndam. Kemudian, kain itu dipindahkan ke tiga ember yang lain bergantian," katanya.

Kemudian, kata dia, kain batik ditumpuk dengan handuk kering dan dijemur dengan menggunakan peralon (pipa plastik) atau bambu.

Adapun Kikuta yang sore itu mengenakan batik lengan panjang bewarna merah mengaku bahwa KAO memahami kesulitan dan kekhawatiran konsumen Indonesia saat mencuci batik kesayangannya.

Hal itulah yang menginspirasi perusahaan global yang telah lebih dari 25 tahun berada di Indonesia itu untuk menawarkan inovasi baru: pencucian modern serta praktis dan lembut untuk menjaga warna batik tidak pudar.

"Kami ingin memberikan sebuah inovasi khusus untuk masyarakat Indonesia," katanya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Peluncuran kampanye Cinta Pada Batik Takkan Pernah Pudar itu ditutup peragaan busana 17 karya Edward yang keseluruhannya merupakan busana wanita.

Perancang yang telah menggeluti dunia busana selama 30 tahun itu kali ini menggunakan batik bercorak mega mendung dan pagi-sore dalam berbagai busana kasual, mulai dari jas pendek, rok bergaya babydoll, jaket panjang, gaun berpotongan lebar di bagian bawah, dan gaun-gaun bermodel kemben.

Melalui peragaan ini, Edward agaknya ingin memberi teladan tentang bagaimana kita seharusnya memberlakukan batik agar budaya bangsa yang telah diakui di kancah internasional ini tidak menjadi tren sesaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com