Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Batik agar Tak Jadi Tren Sesaat

Kompas.com - 03/10/2010, 04:01 WIB

Namun, sebuah foto keluarga RA Kartini yang berusia lebih dari 100 tahun lalu menunjukkan bahwa lebih dari 100 tahun lalu masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, telah sangat akrab dengan batik.

Di Indonesia, tradisi membatik diturunkan dari generasi ke generasi, dari ibu kepada anaknya, dari nenek kepada cucunya.

Oleh karena itu, pada zaman dahulu satu asal motif dapat dikenali dari keluarga tertentu dan menunjukkan status seseorang.

Menurut Edward, setidaknya perlu 20-25 tahun sampai seseorang bisa diakui sebagai seniman batik ulung.

"Butuh 20-25 tahun untuk dapat menggambar semua jenis motif batik karena batik lebih dari sekadar menggambar di atas kain. Ini adalah pekerjaan yang dilakukan dengan hati," katanya.

Sejumlah kota di Pulau Jawa hingga Madura dikenal memiliki corak kain batik yang sangat khas.

Batik-batik dari pesisir—Pekalongan, Cirebon, dan Tuban—memiliki corak dan warna yang lebih beragam karena interaksi warga setempat dengan para pendatang.

Pengaruh asing itu memperkaya kreasi batik, sampai-sampai di era penjajahan Eropa muncul motif bunga tulip dan kereta kuda dalam batik.

Sementara itu, batik-batik dari Yogya dan Solo cenderung mengambil warna tanah dengan motif-motif rumit dan kecil.

Edward lalu berbagi tips merawat kain atau busana batik agar warnanya tetap cemerlang, tidak pudar, dan tahan lama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com