Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hobi Membaca Tak Merusak Mata

Kompas.com - 04/01/2011, 15:53 WIB

Apakah ingin menggunakan lampu pijar atau neon, tak jadi masalah. Yang penting, ruangan sekitar tempat membaca juga harus sama terang. Lampu yang dipentingkan bukan cuma besaran watt-nya, tapi juga warnanya. Jangan pernah gunakan warna kuning, hijau, apalagi merah karena kuning akan melelahkan mata, sementara hijau akan mengganggu kontras warna benda-benda yang dilihat.

Besar kecilnya teks Untuk balita, sebaiknya pilih besar huruf sekitar 1,5 kali besar tulisan artikel ini (font size 9), atau yang ber-font size 13. Soalnya, kalau huruf terlalu kecil, mata harus ekstra berakomodasi atau luar biasa mencembung. Kalau terlalu lama dan akomodasinya begitu kuat, teks itu sendiri akhirnya sangat sulit ditangkap.

Untuk lima menit pertama, barangkali belum ada masalah, tapi 10-15 menit kemudian pasti terasa sulit. Tak heran bila anak mulai mengeluh sakit kepala, mata berair, mata merah/perih karena mata dipaksa terus berakomodasi.

Ingat, terlalu cembung dalam jangka waktu lama bisa membahayakan mata! Antara lain, menimbulkan radang atau steril conjungtivitae alias belekan yang bukan disebabkan bakteri atau kurang menjaga kebersihan.

Radang mata streril biasanya disebabkan mata lelah akibat membaca, tetapi diabaikan saja atau tak sesegera mungkin diistirahatkan. Keluhan semacam ini sering muncul sebagai bintil di sana-sini yang kemudian menghilang, tetapi segera muncul lagi di tempat lain. Kondisi begini biasanya muncul pada mereka yang dicurigai menderita silinder tapi tak terdeteksi.

Crowded phenomenon

Fenomena kepadatan pada halaman yang tengah dibaca anak sebaiknya dihindari. Usahakan huruf tak terlalu rapat atau berdekatan satu sama lain dan tak boleh bertumpuk sedemikian rupa antarkalimat. Kalau tidak, dampak buruknya kurang lebih sama dengan keluhan lain, yakni mata harus terakomodasi terus-menerus hingga anak akan berusaha kucek-kucek matanya untuk "mempertajam" kemampuannya berakomodasi.

Dampak buruk lain, pemberian alat bantu berupa kacamata terlalu dini. Sementara kita umumnya ingin menjauhkan kemungkinan anak berkaca mata, bukan?

Hindari pula penggunaan kalimat yang sangat panjang semisal lebih dari 30 karakter huruf karena akan memberatkan anak. Soalnya, tubuh mereka, termasuk indra penglihatannya, masih dalam taraf perkembangan dan kemampuannya pun serbaterbatas.

Anak usia 5-6 tahun, misalnya, maksimal hanya bisa "merekam" satu kalimat sepanjang 6-8 suku kata; contoh: Mem-per-li-hat-kan-nya. Untuk balita, sebaiknya kalimat yang dipilih terdiri dari lebih sedikit suku kata. Lebih pendek kalimat akan lebih bagus, baik untuk sistem pengindraannya maupun proses pembelajaran si anak, selain tak menyiksa/melelahkannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com