Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumen Kenali Obat Palsu dari Kemasannya

Kompas.com - 28/01/2011, 09:15 WIB

Senyawa pada obat dan suplemen kedaluwarsa kemungkinan besar berubah. Perubahan ini bisa dari senyawa yang mengobati sakit menjadi senyawa membahayakan kesehatan. Dampak paling buruk bahkan dapat meracuni penggunanya.

”Batas kedaluwarsa obat ditentukan melalui penelitian medis. Obat itu diperkirakan bertahan dalam waktu tertentu dan dari pengaruh luar seperti suhu udara,” kata Yahdiana.

Dia mencontohkan, suplemen vitamin C yang kedaluwarsa bisa teroksidasi karena pengaruh lingkungan. ”Jika hal ini terjadi, suplemen itu terurai menjadi senyawa lain sehingga memicu terbentuknya batu ginjal pengguna,” kata Yahdiana.

Dia menyayangkan peredaran bahan limbah medis ke pasaran. Seharusnya, limbah medis tidak boleh diperjualbelikan karena pendistribusian barang seperti ini diatur hukum. Pihak yang sengaja menjual barang limbah ke pasaran dapat menghadapi proses hukum. Begitu juga lembaga usaha resmi yang sengaja menjual bahan limbah medis.

”Pemerintah dapat mencabut usaha dan memutus kerja sama pengolahan limbah,” katanya.

Menurut dia, sulit membedakan obat dan suplemen palsu dengan produk resmi. Secara kasat mata, kedua produk ini sama persis. Sebagaimana informasi yang dihimpun Kompas, dua produk ini tidak berbeda. Pembuat obat dan suplemen palsu memakai bahan limbah kedaluwarsa. Mereka hanya mengganti kemasan limbah obat dan suplemen, kemudian memasarkan lagi. Pembuat obat palsu juga mengganti batas kedaluwarsa menjadi dua tahun ke depan.

”Saya sendiri tidak dapat membedakannya. Satu-satunya jalan adalah dengan menguji di laboratorium. Masyarakat awam sulit melakukan hal itu,” kata Yahdiana.

Iskandar (31), pegawai swasta di Depok, khawatir dengan obat murah di pasaran. Jangan-jangan obat yang dia konsumsi bukan produk resmi. Dia sering mengonsumsi salah satu merek obat yang dipalsukan seperti diberitakan media. (NDY/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com