Jakarta, Kompas -
Pakar imunologi Liliane Grangeot-Keros dari Universite Paris Sud II, Perancis, menekankan hal itu dalam media
Yuditiya Purwosunu dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, di Indonesia sekitar 60 persen wanita terinfeksi Torch yang menyebabkan cacat bawaan atau kematian pada 7-12 bayi per 1.000 kelahiran per tahun. ”Dokter harus mendorong ibu hamil atau yang berencana hamil untuk melakukan deteksi dini Torch,” kata Yuditiya.
Grangeot-Keros mengingatkan para dokter dan teknisi laboratorium kesehatan tentang pentingnya penapisan infeksi Torch. Ibu hamil harus diberi pemahaman pentingnya vaksinasi untuk melawan infeksi, seperti rubela sebelum kehamilan dan konseling kebersihan guna menurunkan risiko toksoplasmosis dan cytomegalovirus.
Toksoplasmosis menyebabkan 5-10 persen risiko keguguran. Pada janin terinfeksi yang bertahan hidup, 8-10 persen berisiko mengalami kerusakan mata atau otak. ”Tiap tahun ada 54.000 kehamilan di Indonesia yang terinfeksi toksoplasmosis,” kata Grangeot-Keros.
Yuditiya menambahkan, penyebab munculnya toksoplasmosis adalah gaya hidup karena penularannya melalui makanan. ”Yaitu lewat sayuran mentah atau kurang bersih dan baik pada proses pengolahan atau kerap mengonsumsi daging mentah atau setengah matang,” katanya.
Adapun rubela menyebabkan 90 persen risiko cacat bawaan, seperti buta, tuli, penyakit jantung, dan keterbelakangan mental. Banyak wanita yang terinfeksi rubela pada trimester pertama akan keguguran atau bayinya meninggal saat lahir. Kerap ditemui bayi lahir prematur dengan berat badan tidak memadai.
Bayi yang terinfeksi cytomegalovirus dan tetap bertahan hidup, 10 persen akan mengalami komplikasi dan 80-90 persen di antaranya akan memiliki cacat bawaan berat, seperti hilang pendengaran, kerusakan penglihatan, dan keterbelakangan mental.