Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Yuliana Melawan Kanker Usus

Kompas.com - 24/03/2011, 16:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Apa yang terlintas dalam benak Anda saat mendengar kata kanker? Sudah pasti yang terbayang adalah sesuatu menakutkan dan berharap penyakit menyeramkan itu tak pernah terjadi pada Anda atau orang Anda sayangi.

Yuliana, seorang nenek yang memiliki satu anak ini, adalah salah satu di antara sekian banyak orang yang tak pernah menyangka bahwa dirinya akan terkena kanker.

Ya, semua berawal dari ketidaktahuannya tentang penyakit yang dia derita. Wanita berusia 57 tahun ini sempat mengalami pergulatan batin yang cukup berat menghadapi sakit yang menyerangnya. Tanpa disangka, ia divonis kanker kolorektal atau lebih dikenal dengan sebutan kanker usus besar.

Kolorektal merupakan kanker terbesar ketiga di dunia dalam hal jumlah penderita dan menjadi kanker nomor dua dalam menyebabkan kematian. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 700.000 orang meninggal setiap tahun akibat kanker ini, yang berarti juga 200 orang meninggal setiap hari.

Dikira wasir

Yuliana berkisah, awalnya ia tak pernah merasakan ada suatu kejanggalan pada dirinya. Sampai akhirnya, ia merasakan sakit pada perut dan mengeluarkan darah ketika buang air besar.

Yuliana pun memutuskan segera berobat ke dokter, tetapi sesampai di sana pihak dokter merujuk Yuliana untuk berobat di salah satu rumah sakit swasta. Di rumah sakit itu, Yuliana dibawa ke bagian penyakit dalam dan dokter setempat mengklaim dia menderita wasir.

Hampir setengah tahun berjalan, tepatnya pada tahun 1995, Yuliana belum tahu bahwa dirinya terjangkit kanker usus besar. Karena yang dia tahu, sakit yang dideritanya sebatas masalah buang air besar.

Pada 1996, Yuliana akhirnya divonis dokter untuk dioperasi karena penyakit wasirnya. Meski begitu, Yuliana tetap tidak mau dioperasi. Sampai akhirnya dia memutuskan berobat ke salah satu rumah sakit swasta di Kelapa Gading.

Di sanalah kebenaran akan penyakitnya terkuak. Setelah dilakukan pemeriksaan biopsi, barulah ketahuan dirinya ternyata terkena kanker kolorektal. Parahnya, kanker yang diderita Yuliana ternyata sudah pada stadium II.

Tanpa gejala spesifik

Menurut  Paulus Simadibrata, spesialis penyakit dalam dari RS Siloam Jakarta, pada tahap awal, kanker kolorektal memang tidak menunjukan gejala yang spesifik. Kebanyakan kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma), di mana pada stadium awal berbentuk polip (kutil).

Polip dapat diangkat dengan mudah, namun sering kali tidak menampakkan gejala apa pun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama, dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker.

Dalam perkembangan selanjutnya, gejala-gejala kanker kolorektal bisa muncul lebih jelas.  Gejala tersebut seperti pendarahan pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses, perubahan kebiasaan buang air besar, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, rasa sakit di perut atau bagian belakang, dan perut masih terasa penuh meski sudah buang air besar.

"Pendeteksian secara dini adalah salah satu cara pencegahan yang baik," ujar Dr Paulus.

Menolak operasi

Walau sudah tahu ancaman bahaya dari penyakit yang dideritanya, Yuliana lagi-lagi sempat menolak menjalani operasi. "Saya tidak mau operasi. Saya minum segala macam ramuan. Tapi, hal itu tidak bertahan lama. Pas saya di kantor, saya mengalami pendarahan lalu dilarikan ke rumah sakit dan divonis harus operasi," tuturnya.

Tepat pada Juli 1996, Yuliana akhirnya menjalani pembedahan. "Pada saat itu, saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan saya. Betul-betul tidak tahu," tuturnya.

Hanya motivasi untuk tetap hidup yang Yuliana punya saat itu. Wanita berstatus single parent dengan tanggungan satu anak perempuan itu mengaku hanya pasrah dan berserah kepada Sang Pencipta.

Beruntung bagi Yuliana karena operasi berjalan dengan lancar. Tetapi, pascaoperasi, ia sempat terkejut ternyata pada bagian perutnya sudah ada lubang (stoma) yang terhubung dengan kantong (colostomy bag).

"Saya baru sadar ternyata kanker sudah mendekati anus. Kantong tersebut rupanya sebagai tempat untuk saluran buang air besar," tutur Yuliana.

Mengetahui dirinya tidak lagi sempurna seperti kebanyakan orang lainnya, Yuliana tetap bersemangat dan tidak pernah sedikit pun merasa rendah diri.

"Kalo ketemu orang jangan minder. Ngapain kita mikirin orang, kita happy aja, enjoy, dan jangan stres. Rata-rata pasien seperti saya rendah diri. Kalau saya bodo amat, mau pakai celana jins, berenang ayo," pungkasnya.

Sampai saat ini, Yuliana aktif berperan dalam kegiatan sosial di YKI (Yayasan Kanker Indonesia) sebagai tenaga pembantu sejak dua tahun silam. Hampir setiap harinya, perempuan ini menghabiskan waktu membantu membagikan colostomy bag dan urostomy bag bagi yang membutuhkan.

Tak jarang Yuliana turut membagi pengalamannya kepada pasien yang mengalami nasib serupa. Motivasi dan dorongan selalu ia berikan kepada orang-orang yang mengidap penyakit mematikan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com