"Ada juga pasien yang dari awal sampai akhir hanya keluar air saja tidak ada tinja. Itu biasanya kalau pasien dehidrasi sehingga fesesnya terlalu keras. Biasanya hidrokolon harus diulang lagi untuk mengeluarkan tinjanya," imbuhnya.
Proses hidrokolon dilakukan selama 40 menit serta dilakukan dalam ruangan tertutup untuk menjaga privasi dan kenyamanan pasien. Untuk terapi ini, pasien dikenakan biaya sebesar Rp. 500.000
Terapi hidrokolon ini sebenarnya bukan hal baru. Menurut dr.Cathrine, terapi ini sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dan populer di banyak negara. Akan tetapi terapi ini memang tidak dimasukkan ke dalam kedokteran konvensional. "Hidrokolon termasuk dalam kedokteran komplementer, tapi sudah dinyatakan aman," katanya.
Minum saja tidak cukup
Meskipun hidrokolon menggunakan media air untuk mengeluarkan feses, namun menurut dr.Catherine hasilnya akan berbeda jika kita melakukan detoks sendiri dengan banyak-banyak minum air.
"Jika kita minum air, pertama air akan masuk ke lambung. Di bagian itu akan ada proses penyerapan sehingga air yang masuk ke usus besar tinggal sisanya. Lagi pula maksimal kita hanya sanggup minum air sebanyak dua liter," jelasnya.
Demikian pula halnya dengan obat-obatan pencahar yang sifatnya hanya mengeluarkan kotoran baru. "Kotoran yang lama dan sudah mengerak tidak bisa ikut dikeluarkan. Selain itu cara kerja obat pencahar adalah membuat otak untuk mengirim sinyal kepada tubuh agar mengirim air yang banyak ke bagian usus besar. Efeknya tubuh bisa dehidrasi," katanya.
Walaupun terbilang aman, namun terapi hidrokolon ini tidak dianjurkan untuk pasien kanker kolorektal dan pasien hipertensi. "Aliran air dan proses mengejan terus selama 40 menit bisa membuat tekanan darah tambah naik," jelas dr.Catherine.
Efek samping yang mungkin timbul dari terapi ini adalah rasa mual, terutama pada pasien yang tidak tahan pada tekanan. "Karena itu disarankan untuk tidak makan makanan padat dua jam sebelum terapi," katanya.
Terapi hidrokolon tidak hanya menyingkirkan racun dan bakteri yang bersifat patogen, tapi juga bakteri baik. Karena itu pasca terapi, pasien akan diberikan kapsul probiotik, minuman isotonik untuk mengganti elektrolit yang hilang, serta secangkir teh hijau untuk memberi efek menenangkan.
Pasien yang banyak melakukan terapi ini menurut dr.Cathrine adalah pasien sembelit kronik, penderita alergi, pasien penyakit kulit, atau mereka yang mengalami gangguan penyerapan nutrisi.
Alamat Klinik Suisse
Wisma Kyoei Prince Lt.6, Jl.Jend Sudirman Kav.3 Jakarta Telp 021-5790 5890
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.