Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan Personal, agar Obat Lebih Berkhasiat

Kompas.com - 19/05/2011, 19:04 WIB

KOMPAS.com — Pasien dengan diagnosis penyakit yang sama bisa memberikan respons berbeda terhadap suatu obat, apalagi penyakit kanker yang merupakan penyakit yang kompleks. Ada banyak gen dan protein yang terlibat dan berinteraksi dalam perjalanan penyakit ini. Karena itu, pendekatan yang diambil oleh para dokter dalam mengobati pasien saat ini adalah pendekatan berbasis variasi gen seseorang.

Pendekatan berbasis genetik ini disebut dengan personalized medicine (personalisasi pengobatan). Pendekatan personalisasi ini, menurut Dr Hera Noviana, ahli biologi molekuler, akan memberikan peluang bagi pasien untuk mendapat terapi yang optimal.

"Kita 99 persen identik pada level DNA. Tetapi meski sianya hanya 0,1 persen, masih memberikan 3 juta variasi genetik yang spesifik antarsatu individu dengan yang lainnya," kata Hera dalam acara diskusi bertajuk "Penanganan Kanker dengan Bioteknologi" di Jakarta, Rabu (18/5/2011).

Variasi genetik tersebut, tambah Hera, akan memengaruhi penampilan, perilaku, kerentanan terhadap penyakit, serta respons tubuh terhadap suatu obat.

"Paradigma pengobatan personalisasi ini berbeda dengan pengobatan konvensional, di mana pemberian obat dianggap sama dengan yang lain. Jika tidak cocok, diganti dengan obat lain, namun akhirnya berdampak biaya yang tinggi dan juga ada efek samping yang mungkin dihadapi," katanya.

Sementara itu, dengan personalisasi pengobatan, pasien yang datang ke dokter akan dilakukan uji genetik untuk dilihat bagaimana profil genetiknya. "Sehingga dapat diketahui pengobatan yang cocok untuk pasien tersebut," papar dokter dari Kalbe Genomic Laboratory ini.

Selain pengobatan lebih optimal, keuntungan lainnya adalah deteksi dini pada pasien yang berisiko mengembangkan penyakit tertentu, mengurangi toksisitas dan potensi obat yang lebih maksimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com