Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drg Anto, Sang Penyelamat Pasien Bibir Sumbing

Kompas.com - 15/07/2011, 15:00 WIB

KOMPAS.com - Kelainan bawaan pada wajah, khususnya bibir sumbing dan langit-langit mulut, dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Cacat bawaan ini bisa menimbulkan rasa rendah diri, suara tidak berfungsi dengan baik, serta kesulitan menelan.

Sejauh ini, Indonesia belum memiliki data statistik mengenai angka kelahiran bayi dengan kelainan tersebut, namun diperkirakan jumlahnya cukup banyak dan sebagain besar berasal dari keluarga miskin.

Cacat bibir sumbing bisa diatasi dengan operasi dan diikuti dengan pembukaan lubang pada langit-langit mulut. Operasi pun harus dilakukan berulangkali sehingga bisa menimbulkan pengalaman traumatis bagi pasien yang umumnya anak-anak. Belum lagi biaya operasi yang tidak murah.

Suatu alat yang bernama obsturator sebenarnya telah tersedia untuk penderita bibir sumbung dan langit-langit mulut untuk menutup celah pada langit-langit pasca operasi penutupan lubang di bibir.

Namun, alat ini tidak bersifat permanen sehingga tidak bisa mengikuti pertumbuhan geligi anak-anak yang bertumbuh dengan cepat, terutama anak usia kurang dari 10 tahun.

"Biasanya alat ini harus diganti setiap 3 bulan hingga setahun," kata drg.Anto Bagus, Sp.Pro dari Dinas Kesehatan Mojokerto.

Padahal, harga alat ini tidak murah, sekitar 2,5 juta rupiah, yang belum tentu mampu diusahakan oleh pasien miskin.  Operasi untuk menutup lubang langit-langit pun perlu biaya sedikitnya Rp. 15 juta.

Obsturator non permanen

Berawal dari permasalahan yang timbul dari pasien bibir sumbing ini, terutama yang berlatar belakang kurang mampu, drg.Anto mendapatkan ide untuk menciptakan alat obsturator yang tidak permanen.

Sejak tahun 2006, Anto menggunakan waktu luangnya untuk memodifikasi obsturator yang sudah ada sehingga tercipta obsturator hasil modifikasinya yang mempergunakan baut. Dua tahun kemudian alat itu tercipta.

Alat ciptaannya itu lalu diujicoba pada pasien bibir sumbing dan langit-langit mulut di lingkungan desa tempat tinggalnya.  Ia berkeliling dari desa ke desa mencari pasien miskin lalu memasangkan alat tersebut. Seluruh biaya pembuatan obsturator yang mencapai Rp 500.000 per buah dan pemasangan ia gratiskan.

"Lumayan membantu mereka, paling tidak kalau makan tidak tersedak dan bisa membantu mereka berbicara lebih jelas," katanya ketika ditemui di Jakarta.

Alat ciptaannya itu bisa dipakai oleh pasien bayi dan tidak perlu diganti sampai usia 2 tahun. Sementara itu pada pasien remaja, obsturator ciptaannya bisa dipakai sampai mereka berusia 17 tahun.

Menjadi Teladan

Berkat dedikasinya itu Anto menjadi salah satu pemenang Sang Teladan, sebuah program penghargaan bidang kesehatan yang digagas oleh Decolgen, produk obat flu.

Anto pun tidak lantas berpuas hati. Hadiah uang sebesar Rp 25 juta pun ingin dimanfaatkan olehnya agar lebih banyak bisa membantu pasien-pasien miskin.

"Saya ingin agar alat ciptaan saya ini yang sekarang sudah dipatenkan, bisa dipakai masyarakat luas, khususnya yang tidak mampu," katanya.

Berdasarkan pengalamannya, pasien kelainan langit-langit mulut yang memakai obsturator ciptaannya menjadi terbantu dalam berbicara.

"Saya bandingkan dengan pasien yang dioperasi hasilnya sama saja. Karena itu untuk yang tidak mampu, memakai alat ini jauh lebih murah," katanya.

Saat ini, pun Anto bersama sang istri yang juga berprofesi sebagai dokter sedang mencoba membuat ramuan herbal untuk mencegah kekakuan lidah pasien cacat langit-langit mulut.

"Karena jarang dipakai bicara, lidah mereka menjadi kaku. Dengan herbal lokal, lidah mereka dibuat rileks sehingga bisa membuat suara lebih jelas," katanya.

Sayang ia belum mau bicara banyak tentang herbal tersebut karena ia masih dalam taraf ujicoba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com