Kebutaan di Indonesia Tinggi

Jakarta, Kompas.com - Kebutaan di Indonesia termasuk tinggi di dunia, yaitu menempati peringkat kedua setelah Ethiopia. Jumlah penyandangnya semakin hari semakin bertambah. "Setiap menit diperkirakan terdapat 12 orang menjadi buta di dunia, dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara," kata Bambang Setyohadji, dokter spesialis mata RS Cicendo Bandung, Sabtu (15/10).

RS Cicendo bersama Syamsi Dhuha Foundation memperingati hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) yang jatuh pada bulan Oktober ini. Syamsi Dhuha Foundation adalah lembaga nirlaba yang peduli terhadap penderita Lupus dan Low Vision atau penglihatan lemah.

Bambang mengungkapkan, kesadaran masyarakat akan pentingnya penglihatan merupakan kunci keberhasilan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Untuk memperingati WSD, sehari sebelumnya Syamsi Dhuha Foundation (SDF) bekerjasama dengan RS Mata Cicendo menggelar seminar sehari bertema 'Buta mata bukan buta hati' di Bandung.

Rangkaian acara seminar gratis ini diawali dengan konsultasi mata. Direktur Utama RSM Cicendo, Kautsar Boesoiri, mengatakan, meningkatnya angka kebutaan dari 1,2% pada tahun 1982 menjadi 1,5 % atau sekitar 3,5 juta pada tahun 1996 mengindikasikan bahwa insidensi kebutaan bergerak lebih cepat daripada usaha-usaha yang dilakukan untuk menekan angka kebutaan.

Salah satu penyebab terbanyak adalah katarak. Angka kejadian katarak baru ditemukan sebanyak 1 permil dari populasi penduduk. Padahal katarak bisa disembuhkan. Lebih dari 90% kasus dapat diobati dengan cara operasi.

Di seluruh dunia jumlah penyandang low vision (245 juta orang) lebih banyak dari penyandang tunanetra (39 juta orang). "Lovi adalah gangguan penglihatan dan lapang pandang menetap setelah melalui tindakan pengobatan dan atau operasi yang maksimal", jelas Ine Ranata dokter spesialis mata RSM Cicendo.

Untuk memberdayakan penderita low vision, SDF menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi pijat shiatsu. Tahun ini, SDF mengadakan pelatihan komputer.