Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Muda Gemar Berikan ASI

Kompas.com - 29/10/2011, 21:26 WIB

SEMARANG, KOMPAS.COM - Ibu muda saat ini mulai menggemari aktivitas menyusui bayinya dengan air susu ibu (ASI), bahkan di sejumlah daerah sudah menjadi gaya hidup meskipun mereka sudah harus kembali bekerja di kantor.

"Saya melihat ibu dan ayah muda sudah sadar pentingnya memberikan ASI dan inisiasi menyusui dini adalah keharusan," kata Ketua Sentra Laktasi Indonesia Utami Roesli dalam acara ulang tahun ke delapan Program Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, di Semarang, Sabtu (29/10/11).

Banyak manfaat yang akan dirasakan oleh ibu maupun bayi melalui pemberian ASI di antaranya untuk risiko terkena kanker berkurang delapan kali dibanding yang tidak memberikan dan tidak mendapatkan ASI.

Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki daya tahan tubuh lebih bagus dan mengurangi gizi buruk, sedangkan pada ibu akan mendapatkan kualitas hidup lebih baik di hari tuanya. Risiko para ibu yang memberi ASI lebih rendah untuk terkena diabetes, stres, dan tulang keropos dibanding yang tidak memberikan ASI.

Dalam kesempatan sama, Ketua Cabang Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Tengah Rachmadhani menambahkan, saat ini sudah banyak ibu muda yang terus melanjutkan memberikan ASI meskipun sudah masuk kerja dengan cara memerah ASI di kantor.

Rachmadhani menjelaskan, indikator dari banyaknya ibu muda mulai mengemari memberikan ASI dapat terlihat dari data yang dimiliki AIMI dan antusiasnya para ibu hamil serta ibu menyusui untuk mengikuti kelas pendidikan inisiasi menyusui dini. "Kelas edukasi hingga saat ini sudah ada di 12 kota dan untuk di Jateng yakni Semarang, Surakarta, Purwokerto, Tegal, dan Yogyakarta," katanya.

Data dari Dinkes Jateng juga menyebutkan bahwa pencapaian sasaran ASI ekslusif dari tahun 2007 terus mengalami peningkatan yakni dari 27,35 persen (2007); 28,82 persen (2008), 40,06 persen (2009), dan 52,3 persen (2010).

Rachmadhani menambahkan, biasanya untuk awal menyusui yang tertunda dikarenakan tidak adanya inisiasi menyusui dini, antara ibu dan bayi tidak dirawat gabung, bayi sudah diberikan susu formula, bayi sudah diberi botol dot, dan ibu tidak mendapat rujukan yang tepat untuk membantu dalam hal menyusui.

Begitu juga sesampai di rumah permasalahan yang biasa muncul ibu stres dan tidak percaya diri, puting lecet, bayi bingung puting, bayi menangis terus, ibu tidak tahu harus meminta bantuan ke mana, serta ibu memutuskan menambah susu formula sampai akhirnya berhenti menyusui.

"Kami dari AIMI berharap jumlah ibu memberikan ASI semakin banyak dan hal tersebut dapat didukung dengan regulasi dan kebijakan tertulis yang mendukung ibu menyusui," katanya.

Dukungan tersebut seperti tersedianya ruang untuk memerah ASI beserta fasilitasnya dan ruangan menyusui di tempat kerja dan ruang publik seperti terminal, bandara, stasiun kereta api, pusat perbelanjaan, bank, kantor pos, kantor imigrasi, rumah sakit, puskesmas, kantor pemerintahan, dan hotel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com