Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kedahsyatan Rinjani Purba

Kompas.com - 08/01/2012, 21:34 WIB

Ketua Tim Penulis: Ahmad Arif
Tim Penulis: Indira Permanasari, Agung Setyahadi, Agustinus Handoko, Cornelius Helmy Herlambang

KOMPAS
- Di balik elok pemandangan Rinjani, gunung api di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini ternyata menyimpan jejak yang mematikan. Serangkaian letusan besar pernah terjadi dalam pembentukan kaldera yang kini dinamai Danau Segara Anak.

Jejak letusan katastropik itu ditemukan hingga di wilayah Korleko, pantai Lombok Timur sekitar 30 kilometer dari Gunung Rinjani. Timbunan batu apung dari Rinjani memenuhi pantai ini. Saat ini batu apung ini ditambang dan diekspor ke Singapura, Hongkong, Korea, dan Taiwan.

Heryadi Rachmad, peneliti di Museum Geologi Bandung, Jawa Barat, menduga letusan itu terjadi sekitar 14.000 tahun lalu. Kesimpulan itu diambilnya setelah dia mengukur umur arang Korleko pada 2002. ”Data ini masing perlu dikaji ulang. Tetapi, paling tidak data ini bisa menjadi acuan kapan kira-kira kaldera Rinjani terbentuk sampai ada penelitian baru,” ujar Heryadi.

Vulkanolog pada Direktorat Geologi Bandung, Kama Kusumadinata (1979), memperkirakan Gunung Rinjani purba semula tumbuh hingga ketinggian 5.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Tubuh gunung api kemudian runtuh oleh beberapa kali letusan dahsyat yang membentuk kaldera sehingga tersisa puncak dengan ketinggian 3.726 mdpl.

Bukti bahwa letusan itu terjadi beberapa kali terlihat dari bentuk kaldera Danau Segara Anak yang lonjong dengan ukuran sisi-sisi terpanjang 4.800 m x 3.500 m. Kaldera yang terbentuk oleh satu kali letusan dahsyat cenderung bulat simetris.

Pasca-terbentuknya Danau Segara Anak seluas 11 juta meter persegi dan kedalaman maksimal 230 meter, magma di perut Gunung Rinjani ternyata terus aktif ditandai dengan pembentukan kerucut Gunung Barujari dari dalam Danau Segara Anak. Saat ini Gunung Api Barujari telah mencapai ketinggian 2.376 mdpl atau lebih dari 300 meter dari tinggi permukaan air danau yang berketinggian 2.008 mdpl.

Berdasarkan kompilasi yang disusun oleh Heryadi, letusan cukup besar dan menghasilkan aliran lava terjadi pada 1944, 1966, serta 1994. Letusan ini berasal dari Gunung Rombongan dan Gunung Barujari. Volume lava yang dikeluarkan masing-masing berkisar 6 juta meter kubik hingga 73 juta meter kubik.

Sedangkan penelitian oleh PVMBG dan Universitas Belgia menyebutkan, erupsi Gunung Barujari pada periode Mei-Agustus 2009 menutupi area seluas 650.000 meter persegi. Garis tepi danau berubah secara signifikan akibat masuknya lava ke danau Segara Anak. Luas danau berkurang 460.000 meter persegi. Lava hasil letusan ini berona paling gelap yang menutupi produk lava sebelumnya yang lebih terang.

Saat ini Gunung Barujari, yang merupakan anak Gunung Rinjani, masih dalam tahap membangun. Kita tak pernah tahu kapan dia mencapai tahap penghancuran diri.

Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas

 
Lihat Ekspedisi Cincin Api - Rinjani di peta yang lebih besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com