Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendengkur dan Kanker

Kompas.com - 23/05/2012, 08:34 WIB

Untuk memahami mekanisme hubungan kanker dengan mendengkur, kita bisa melihat penelitian terdahulu pada tikus. Tikus-tikus diuji dengan meniru kondisi kekurangan oksigen berulang selama tidur, sama seperti yang terjadi pada penderita sleep apnea. Akibatnya sel tumor akan bertumbuh jauh lebih cepat dibanding tikus dengan kadar oksigen normal. Para ahli berspekulasi bahwa kekurangan oksigen akan memicu tubuh berusaha kompensasi dengan cara mengembangkan lebih banyak pembuluh darah. Sebuah tindakan yang seolah berfungsi sebagai pupuk bagi pertumbuhan sel tumor atau kanker.

Pada manusia, diduga mekanisme yang sama terjadi. Kadar oksigen penderita sleep apnea akan menurun berulang kali akibat penyumbatan saluran nafas yang terjadi selama tidur. Penderita sleep apnea, jika dilakukan pemeriksaan tidur akan dihitung derajat keparahannya dari jumlah henti nafas yang dialami setiap jamnya. Setiap kali nafas terhenti, oksigen akan langsung drop. Semakin sering henti nafas, semakin sering juga kadar oksigen menurun.

Perawatan

Perawatan sleep apnea dimulai dari diagnosa lewat pemeriksaan di laboratorium tidur. Hanya dengan pemeriksaan tidur yang seksama, perawatan yang tepat dapat diberikan. Disayangkan di Indonesia diagnosa dan perawatan sleep apnea masih kurang diperhatikan. Padahal akibatnya begitu serius, bahkan fatal.

Perawatan sleep apnea terbaik adalah dengan menggunakan Continuous Positive Airway Pressure, CPAP. Sebuah alat yang dihubungkan lewat masker hidung, yang meniupkan tekanan positif untuk mengganjal saluran nafas agar tetap terbuka selama tidur. Dengan penggunaan CPAP, terbukti memperbaiki kadar oksigen dalam darah hingga memperbaiki tekanan darah, kadar gula darah dan kondisi kesehatan jantung. Sedangkan penggunaannya pada penderita kanker yang mendengkur masih perlu dibuktikan. Tetapi kita duga, tentu dapat memberikan efek yang positif juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com