Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/08/2012, 10:41 WIB

T:
Bu Ainy, saya Silvia 32 tahun. Saya menikah sudah hampir 12 tahun, dan dikaruniai tiga3 orang anak. Kehidupan rumah tangga saya boleh dibilang "awet rajet", karena sifat suami yang terlalu egois, juga gangguan dari pihak suami.

Selama ini sudah tiga kali suami berselingkuh, nikah siri dengan wanita lain setiap kali saya dalam kondisi hamil hingga melahirkan. Fatalnya, semua belangnya ketahuan setelah lahir anak ketiga. Selama menikah saya selalu nurut suami yang melarang saya bekerja membantu mencari nafkah.

Tetapi karena kelakuan suami yang seperti itu, saya memutuskan untuk bekerja, dan alhamdulillah Tuhan mengabulkan doa saya. Sudah dua bulan saya bekerja di perusahaan advertising sebagai admin marketing. Tapi cobaan saya belum berhenti sampai di sini, suami terlalu cemburu sampai-sampai dia bikin masalah ke tempat saya bekerja karena SMS gurauan dari teman kerja. Sekarang gerak-gerik saya selalu dalam pantauannya sehingga saya tidak nyaman dan tidak konsentrasi dengan pekerjaan.

Saya lelah dengan kehidupan seperti ini, tetapi saya tidak ada pilihan karena suami mengancam akan mengambil anak-anak dan menjamin saya tidak bisa bekerja di manapun jika saya berontak darinya. Tolong beri saya solusi untuk mengatasi sifat suami yang sedemikian egoisnya. Terima kasih. (Silvia, by e-mail)
 
J:
Mbak Silvia yang luar biasa,
Bagi saya, Anda adalah seorang wanita yang luar biasa, tidak menyerah pada kondisi begitu saja. Sebagai seorang ibu, Anda telah mengajarkan kepada ketiga anak Anda akan arti sebuah tanggung jawab dan kegigihan. Saya yakin, ketiga anak Anda sangat menyayangi sekaligus kagum pada Anda sebagai sosok ibunya yang luar biasa.

Membaca paparan Mbak Silvia di atas, ada dua hal yang perlu kita bahas di sini, yaitu perlunya bersikap "tegas" dan "bijaksana" baik kepada diri Mbak Silvia sendiri maupun kepada suami Anda tentunya. Artinya?

Bahwa, betul sebagai istri kita wajib menurut suami, asalkan apa yang kita turuti adalah memang benar adanya. Dan begitu pun sebaliknya. Bahwa, suami pun perlu menuruti sang istri, selama sang istri benar adanya. Tetapi, jika suami meminta istrinya melakukan hal yang salah, maka jawabannya adalah Anda sebagai seorang istri tidak perlu menurutinya.

Yang dimaksud perlunya bersikap tegas di sini adalah berani berkata sejujurnya dan bersikap yang seharusnya, tanpa bermaksud menyakiti atau pun menyombongkan diri. Contoh bahwa Mbak perlu bersikap tegas di sini adalah berbicara kepada teman di kantor agar berbicara yang baik, khususnya ketika mengirim SMS untuk Anda. Anda juga perlu berbicara dari hati ke hati dengan suami, bahwa Anda sangat mencintainya. Kalau pun Anda bekerja, itu karena Anda senang melakukannya.

Lalu tanyakan kepadanya, apakah ia mencintai Anda yang sesungguhnya? Saya yakin jawabannya adalah "ya". Maka saat itulah Anda perlu berkata kepadanya bahwa jika memang ia mencintai Anda, maka ia perlu menghargai Anda sebagai seorang istri sekaligus mempercayai Anda tentunya.

Bagaimana dengan pentingnya Anda bersikap bijaksana di sini? Ya, Mbak Silvia perlu lebih bijaksana khususnya menghadapi ancaman suami Anda. Mengapa suami Anda berani mengancam Anda sedemikian rupa? Karena ia melihat Anda merasa takut, khususnya jika ditinggalkannya sambil membawa anak-anak Anda tercinta, sekaligus takut tidak bisa mencari pekerjaan. Jadi, apa yang perlu Anda lakukan secara bijaksana?

Pertama, berdoa kepada Allah, menangislah dengan indah kepada-Nya, mohon agar diberikan jalan terbaik agar supaya pernikahan Anda bisa menjadi keluarga yang rukun, harmonis, dan penuh cinta (sakinah, warohmah, mawaddah).

Kedua, konsultasikan dengan lembaga bantuan hukum (LBH) terdekat atau Anda bisa mengubungi Forum Pembela Perkara Perempuan di Jalan Diponegoro no. 74, Jakarta, telp 3145518, tentang bagaimana menghadapi ancaman suami Anda. Sepanjang pengetahuan saya, secara hukum, suami Anda tidak berhak membawa ketiga anak Anda mengingat ia telah melakukan pernikahan tiga kali tanpa sepengetahuan Anda, dan hal ini dapat dikatakan suami Anda telah semena-mena.

Tentang ancaman suami bahwa Anda tidak akan bisa bekerja dimana pun, ini hanyalah ancaman semata. Anda tahu mengapa? Anda sebenarnya telah membuktikan dengan sendirinya sekarang, yaitu pekerjaan yang Anda dapatkan sekarang, bukan? Bukankah pekerjaan Anda sekarang, Anda dapatkan dengan sendirinya, dan bukan sama sekali dari suami Anda? Mbak Silvia sayang, Anda punya kekuatan mulia di dalam diri Anda untuk bangkit dan bijaksana dalam menghadapi ancaman suami Anda yang semena-mena.

Ketiga, bicaralah sesering mungkin dengan suami Anda dari hati ke hati. Saya yakin Anda memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya. Apalagi mengingat pernikahan Anda yang telah berjalan selama 12 tahun. Tanyakan kepadanya, ”Sebagai suami yang bertanggung-jawab, apa yang ingin ia lakukan kepada Anda dan anak-anak?” Katakan kepadanya tentang impian yang sedang Anda bangun bersamanya dan anak-anak.

Keempat, teruslah melakukan kebaikan kepada suami Anda, dan rajinlah membubuhi doa dengan tulus. Percayalah, Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya saat dalam kesulitan. Selalu ada jalan untuk melakukan kebaikan! Selamat melangkah!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com