Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa dan Kesalehan Publik

Kompas.com - 06/08/2012, 11:00 WIB

Ketiadaan narasi kesalehan publik-dia- gonal bukan berarti agama tak berbicara sama sekali tentang jenis kesalehan ini. Pada tataran embrionik, banyak diktum dalam Al Quran dan hadis yang bisa di-derivasi sebagai cikal bakal kesalehan publik. Konsep keadilan, misalnya, merupakan pintu masuk pertama bagi terumuskannya formulasi kesalehan publik.

Dalam konteks ini Al Quran mengajarkan berlaku adil kepada siapa pun, termasuk kepada orang yang tak kita sukai atau lawan (QS 5:8). Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan penegakan hukum secara imparsial dan impersonal, bahkan terhadap keluarganya sendiri. Dalam sebuah hadis disabdakan, Nabi bersumpah akan menghukum Fatimah, putrinya sendiri, jika dia terbukti mencuri.

Al Quran juga menyediakan banyak ayat yang bisa menginspirasi terciptanya kepercayaan dan akuntabilitas publik. Allah, misalnya, melarang orang berkhianat atau melanggar perjanjian (QS 8:27, 58, 59, 60). Untuk menghindari kesalahpahaman bertransaksi, Al Quran mengajarkan pentingnya pencatatan dalam setiap kegiatan transaksi demi tercipta akuntabilitas publik (QS 2:282).

Masih banyak ajaran agama yang mengaksentuasi moralitas atau kesalehan publik, antara lain kejujuran (QS 2:282; 8:58) dan kemahahadiran Tuhan dalam ruang publik (QS 50:16). Meskipun demikian, aktualisasi nilai-nilai itu dalam ruang publik sering terkendala oleh struktur pengawasan yang kurang melembaga dan penegakan hukum yang masih lemah.

Akibatnya, implementasi kejujuran sering berlangsung sporadik, individual, dan atomistik. Padahal, pelembagaan nilai-nilai kesalehan publik membutuhkan struktur kelembagaan yang bersifat koersif-afirmatif. Bukankah Ali, sahabat Nabi, pernah mengingatkan kita: ”Kebenaran tanpa struktur akan terkalahkan oleh kebatilan dengan struktur”.

Dalam konteks ini, ibadah puasa memi- liki semua syarat menciptakan kesalehan publik-diagonal. Sebagai ibadah individual-vertikal, puasa mengajarkan ketaatan dan kepasrahan hamba kepada Sang Khalik tanpa sikap cadangan. Sebagai ibadah sosial-horizontal, puasa mengajarkan empati kepada kaum tak berpunya melalui amal-amal filantropis. Sebagai manifestasi kesalehan publik-diagonal, puasa mendisiplinkan diri menaati segala peraturan Allah meski tak diawasi siapa pun. Namun, kesadaran akan kemahahadiran Allah mencegah kita lacur, curang, dan korup.

Masdar Hilmy Pengajar pada Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com