Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/09/2012, 19:33 WIB

BAMAKO, KOMPAS.com – Sebuah program pencegahan berskala besar dengan mendistribusikan obat-obat anti malaria secara intermitan (berselang-seling) secara signifikan berhasil menurunkan angka kasus penyakit ini di kalangan anak-anak selama puncak musim penularan malaria, demikian hasil awal pelaksanaan proyek organisasi kemanusiaan medis internasional MSF (Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas).

Melalui sebuah Intervensi Pencegahan Malaria Musiman, obat-obatan anti-malaria telah diberikan sebagai penangkal kepada sekitar 175.000 anak-anak balita usia antara tiga sampai lima tahun di wilayah Koutiala, Mali, serta di dua daerah di Moissala, Chad. Anak-anak balita termasuk kelompok paling rentan terhadap kematian akibat malaria. Hasil awal intervensi in menunjukan penurunan lebih dari 2/3 kasus malaria ringan di Mali serta 86 persen penurunan di Chad.  Jumlah penurunan yang tinggi juga terjadi untuk kasus malaria parah.  

"Sementara menunggu hasil evaluasi dampak pelaksanaan Intervensi Pencegahan Malaria Musiman yang lebih rinci, sangatlah menarik untuk melihat dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dimana hasil awal telah menunjukan penurunan jumlah kasus malaria secara signifikan,” jelas Dr. Estrella Lasry, spesialis penyakit malaria untuk MSF dalam siaran pers kepada KOMPAS.com, Senin (24/9/2012). 

“Intinya adalah bahwa ada bukti korelasi intervensi kami di mana lebih dari setengah jumlah tempat tidur di rumah-rumah sakit anak yang biasanya 100 persen penuh selama musim malaria di Mali kini kosong – sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambahnya.

Badan Kesehatan Dunia WHO merekomendasikan Intervensi Pencegahan Malaria Musiman bulan Maret lalu, menyusul hasil peneletian yang dilakukan di beberapa negara di kawasan Sahel Afrika yang terkenal memiliki jumlah kasus malaria tertinggi dan terparah. Intervensi Pencegahan Malaria Musiman terdiri dari upaya pemberian obat-obatan lengkap antimalaria secara berselang-seling selama puncak musim malaria. Berbagai jenis obat juga digunakan guna menangani para pasien yang positif terserang malaria.
 
Proyek MSF ini diluncurkan sejak Juli 2012 dan akan berlangsung selama puncak musim penularan malaria sampai bulan Oktober. Proyek ini sekaligus menandai pertama kalinya MSF melakukan Intervensi Pencegahan Malaria Musiman besar-besaran. Sekali sebulan, sekitar 165,000 anak di Mali, serta 10,000 di Chad menerima total 3 tablet amodiaquine dan satu sulphadoxine/pyrimethamine selama 3 hari per bulan. Anak-anak yang telah tertular malaria pada saat Intervensi Pencegahan Malaria Musiman dan distribusi obat-obatan menerima obat berbasis artemisinin, serta tidak dimasukan ke dalam program Intervensi Pencegahan Malaria Musiman.

Wilayah-wilayah di Mali dan Chad ini telah dijadikan kawasan uji-coba resistensi terhadap obat-obat Intervensi Pencegahan Malaria Musiman  sebelum intervensi dilakukan. Tidak ditemukan kasus resistensi pada sampel uji-coba. Survei resistensi akan dilakukan secara teratur di Koutiala dan Moissala.

Di Mali, tim MSF menemukan 65 persen penurunan kasus malaria ringan sejak minggu-minggu pertama distribusi obat-obatan dan Intervensi Pencegahan Malaria Musiman dilakukan. Selain itu, jumlah kasus parah yang memerlukan penanganan rawat inap di berbagai RS menurun drastis dari rata-rata 247 kasus per minggu menjadi 84. Di bagian selatan Chad, hasilnya pun sangat menggembirakan; dua kawasan basis malaria di Moïssala mengalami penurunan kasus antara 72 sampai 86 persen dibandingkan minggu-minggu sebelum Intervensi Pencegahan Malaria Musiman dan distribusi obat dilaksanakan.

"Strategi intervensi ini bisa menjadi sebuah alat terobosan besar dalam bidang kesehatan masyarakat, khususnya untuk melindungi anak-anak yang biasanya memiliki angka kematian tertinggi akibat malaria,” Dr. Lasry menambahkan. 

Menurut MSF, metode lain pencegahan malaria seperti pembagian kelambu, penyemprotan insektisida, serta diagnosa dan penanganan terpadu penyakit malaria harus terus dilanjutkan di negara-negara endemik malaria.  Studi WHO menemukan bahwa sekitar 650,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat malaria. Sembilan puluh persen kasus ini terjadi di wilayah Sahara Afrika dan mayoritas menimpa anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com