Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2012, 11:19 WIB

KOMPAS.com - Pisang diramalkan bisa menjadi sumber makanan pokok dunia pada suatu saat akibat krisis pangan dan perubahan iklim, simpul sebuah survey terbaru.

Para periset dari lembaga kemitraan pertanian CGIAR mengatakan, pisang berpotensi menggantikan peran kentang di sejumlah negara berkembang. Sementara singkong dan kacang buncis yang kurang populer, memainkan peran makin penting dalam dunia pangan seiring makin tingginya suhu planet.

Manusia juga akan dipaksa menyesuaikan diri dengan variasi menu dan jenis pangan baru karena bahan makanan tradisional makin sulit didapat, kata pakar.

Studi ini dilakukan oleh para ahli sebagai jawaban atas permintaan Komite PBB untuk Keamanan Pangan di mana mereka meneliti bagaimana perubahan iklim mempengaruhi pasokan pangan dan pertanian terhadap 22 komoditas hasil pertanian paling penting dunia.

Pentingnya pisang

Para ahli memperkirakan, tiga jenis bahan pangan terpenting penyedia kalori, tepung jagung, nasi, dan gandum, akan makin turun produksinya di negara-negara berkembang.

Mereka juga menyimpulkan bahwa kentang yang tumbuh di suhu dingin, kemungkinan akan turun produksinya seiring naiknya suhu bumi dan cuaca yang makin tak tentu.

Menurut para pakar perubahan-perubahan semacam ini "bisa jadi pintu masuk untuk mulai mengembangkan sejumlah varietas pisang tertentu" di dataran tinggi, bahkan di tempat-tempat yang sebelumnya menjadi ladang kentang.

Dr Philip Thornton adalah salah satu penyusun laporan yang mengatakan bahwa meski pisang punya sejumlah keterbatasan, pisang juga menjadi kandidat bagus untuk menggantikan peran kentang di sejumlah negara.

"Bukan pengganti sama sekali tetapi mungkin di tempat-tempat yang suhunya mulai naik, pisang bisa jadi salah satu opsi untuk dimanfaatkan petani kecil."

Laporan para ahli pangan ini juga menyimpulkan bahwa gandum adalah tanaman paling penting di dunia sebagai sumber protein dan kalori.

Namun menurut riset mereka gandum akan menghadapi masa sulit di masa depan karena pertanian kapas, jagung dan kedelai menggerus lahan gandum karena akibat harga tinggi yang dinikmati oleh ketiga tanaman tersebut. Akibatnya penanaman gandum akan makin rentan terhadap perubahan iklim.

Salah satu bahan pangan alternatif yang banyak diusulkan, khususnya untuk kawasan Asia Selatan, adalah singkong yang dianggap jauh lebih tangguh menghadapi tekanan perubahan iklim. Namun berapa sulit warga suatu kawasan menyesuaikan diri dengan menu dan bahan pangan baru.

Bruce Campbell adalah Direktur Program pada Kelompok Riset untuk Perubahan Iklim, Pertanian dan keamanan Pangan (CCAFS) PBB yang mengkoordinasikan tugas antar sejumlah institusi penting di seluruh dunia. Campbell mengatakan jenis perubahan yang akan terjadi di masa depan sudah berlangsung di masa lalu.

"Dua dekade lalu, hampir tak ada konsumsi beras di sejumlah wilayah Afrika, sekarang ada. Orang harus berubah karena tekanan harga, pasokan yang lebih mudah didapat, atau karena lebih mudah dimasak. Saya kira perubahan semacam itu memang benar terjadi dan saya kira akan terjadi di masa depan."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com