Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Pendek dan Kurang Gizi

Kompas.com - 20/11/2012, 03:32 WIB

Dilihat secara menyeluruh, menurut Sandjaja, ahli gizi dan ketua tim peneliti Seanuts untuk Indonesia, Indonesia menghadapi persoalan serius terkait gizi anak. Berdasarkan penelitian, anak-anak yang berusia kurang dari 2 tahun tidak cukup mendapat asupan kalori dan protein. Ibu menyusui pun kian turun setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan.

Persoalan kekurangan gizi, demikian Sandjaja, paling banyak terjadi di desa, terutama di daerah pelosok seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur. Pemicunya berbagai macam, mulai dari kondisi ekonomi, kurangnya pengetahuan, hingga penyakit. Akibatnya, anak-anak berpotensi kehilangan tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 13 persen. ”Bisa kita bayangkan kerugian Indonesia akibat generasi muda kurang gizi,” kata Sandjaja.

Banyaknya anak berbadan pendek juga menjadi bom waktu bagi kondisi kesehatan generasi mendatang. Anak pendek lebih berisiko mengidap penyakit degeneratif saat mereka dewasa. ”Tinggi badan mereka terbatas. Saat kondisi ekonomi meningkat asupan gizi mereka akan banyak. Jika tidak diimbangi dengan gaya hidup sehat, mereka bisa kegemukan, bahkan obesitas dan berpotensi terkena berbagai penyakit,” ujarnya.

Hendro Harijogi Pudjono, Direktur Public Affairs and Regulatory Affairs FrieslandCampina di African-Middle East Asia mengatakan, hasil penelitian diumumkan agar bisa menjadi landasan penelitian lebih lanjut, melengkapi data yang ada dan digunakan untuk menyusun program intervensi.

Slamet Riyadi Yuwono, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dalam rilis mengatakan, studi Seanuts merupakan basis data terkait kesehatan anak serta memperkaya berbagai rumusan kebijakan dan program Pemerintah Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium.

Dalam kesempatan lain, Slamet menyatakan, untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, pemerintah memberi bantuan operasional kesehatan bagi puskesmas di Indonesia. Nilainya mulai Rp 50 juta hingga Rp 250 juta. Dana itu antara lain untuk menambah asupan gizi anak dan peningkatan fasilitas puskesmas.

Tingkatkan gizi

Ketua Persagi Minarto mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, pemerintah membuat Program 1.000 Hari Pertama Awal Kehidupan yang dihitung sejak bayi dalam kandungan. Dalam program ini, pemerintah melalui posyandu memberi makanan tambahan bagi balita. Pengetahuan tentang gizi dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan kecerdasan anak terus disosialisasikan.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, jaringan fasilitas kesehatan primer mulai dibangun agar masyarakat pelosok makin mudah mengakses sarana kesehatan. Pola hidup sehat dikampanyekan dan dibiasakan, termasuk tidak merokok.

Gerakan pemenuhan gizi dan pola hidup sehat diharapkan efektif menekan angka kurang gizi dan tubuh pendek pada anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com