Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/03/2013, 10:47 WIB

Sri Rejeki

Kasus kanker tulang tidak sebanyak kanker lain, seperti kanker payudara, paru, atau mulut rahim. Karena kurang mengenali gejala awal, banyak penderita kanker tulang terlambat berobat ke rumah sakit. Akibatnya, kaki pasien terpaksa diamputasi untuk membuang sel kanker.

Deteksi awal kanker tulang agak sulit karena gejala awal hanya nyeri tulang. Hal itu sering dianggap akibat kecapekan atau sebab lain nonkanker. Bedanya dengan gangguan lain, nyeri lama-lama terjadi terus-menerus, semacam kram atau otot yang tertarik, cedera pada tulang, kemudian umumnya muncul benjolan pada tulang.

”Sering kali pasien menoleransi rasa sakit yang timbul. Nyeri dan benjolan yang muncul tidak dianggap serius. Padahal, benjolan yang timbul bisa menjadi indikasi kanker tulang primer,” kata Mujaddid Idulhaq, dokter spesialis onkologi ortopedi dari Rumah Sakit Ortopedi Prof dr R Soeharso di Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (26/2).

Kanker tulang primer adalah kanker yang menyerang langsung ke tulang. Adapun kanker tulang sekunder atau metastatik adalah sebaran kanker dari organ tubuh lain, seperti dari kanker payudara, prostat, paru, tiroid, dan ginjal.

Jenis kanker yang paling sering menyerang tulang adalah karsinoma yang dapat menyebar ke organ lain. Tulang adalah organ ketiga yang paling sering diserang oleh metastatik kanker. Tulang pertama yang biasanya terkena metastatik kanker adalah tulang panggul atau tulang belakang.

Kurangnya pengetahuan tentang kanker tulang menyebabkan masyarakat keliru dalam merespons. Mereka biasanya memanfaatkan obat pereda nyeri tulang yang dijual bebas atau pengobatan alternatif melalui pijat atau urut.

Padahal, mengurut atau memijat tulang yang terindikasi kanker, demikian Mujaddid, justru bisa memicu pertumbuhan sel kanker. Kondisi tulang yang sakit pun bisa bertambah parah.

”Dari pasien-pasien yang pernah kami tangani, bisa dikatakan separuhnya datang ketika kanker sudah parah sehingga harus diamputasi. Bahkan, tidak sedikit yang untuk amputasi saja sudah tidak memungkinkan sehingga hanya diberi kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker lanjutan,” kata Mujaddid.

Sebenarnya, jika pasien datang berobat ke rumah sakit sejak awal, amputasi dapat dihindari. Syaratnya, otot-otot, pembuluh darah, dan saraf masih sehat belum terserang kanker. Serangan kanker pada tulang bisa menghancurkan kepadatan tulang. Kanker yang ganas bisa muncul hanya dalam waktu dua bulan berupa benjolan yang cukup besar hingga pasien tidak dapat berjalan jika benjolan muncul di lutut.

Penyelamatan

Untuk menghindarkan amputasi, menurut Mujaddid, dilakukan penanganan limb salvage atau penyelamatan tungkai. Selain untuk menyelamatkan anggota gerak dari amputasi, limb salvage juga bertujuan menghindari kecacatan.

”Jaringan kanker diangkat. Jika tulangnya sudah terkena, tetapi otot-otot di sekitarnya, pembuluh darah, dan saraf masih baik, bagian tulang yang terkena kanker diradiasi, lantas dikembalikan ke tempat semula. Namun, ini baru bisa dilakukan di Jakarta yang dekat dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional,” kata Mujaddid.

Pilihan lain, memotong tulang yang terkena kanker lalu menggantinya dengan protese implan dari bahan besi baja, titanium, kromium, atau kobalt. Sendi-sendi dari bahan polietilen juga dipasangkan untuk menghubungkan tulang. Jika terdapat allograft atau tulang manusia donor, juga bisa dijadikan implan setelah disterilkan. Namun, diakui Mujaddid, donor tulang sangat jarang tersedia.

Oleh karena itu, Mujaddid menekankan perlunya mewaspadai gejala awal kanker tulang. Jika nyeri tulang tidak segera reda, sebaiknya segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com