Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2013, 09:53 WIB

MARIA HARTININGSIH

Terobosan transformatif di bidang kedokteran terus terjadi, didukung konstelasi dari faktor-faktor penunjang, termasuk turunnya jumlah perokok, perubahan pola diet, kemajuan terapi, dan penemuan obat-obat baru suatu penyakit.

Pada tahun 1898, Marie Curie menemukan radium, unsur radioaktif terpenting dalam perintisan bidang radiologi. Penemuan penisilin oleh Alexander Fleming tahun 1928 mengubah seluruh bentang pertarungan melawan infeksi bakteri. Pada 1955, Jonas Salk menemukan vaksin polio.

Pencapaian sangat berarti di bidang kesehatan masyarakat pada abad ke-20, menurut David B Agus MD, Kepala Pusat Kanker dan Pengobatan Molekular Terapan pada University of Southern California, AS, dalam The End of Illness (2012), ditandai dengan berkurangnya kematian akibat penyakit pembuluh darah jantung sampai 60-70 persen sejak tahun 1950.

Di balik pencapaian itu, ancaman lain diam-diam menunggu: kanker. Kematian karena kanker sepanjang 1950-2007 tak banyak mengalami perubahan.

Laporan majalah Time (01/4) bertema ”How to Cure Cancer” mengungkapkan, jumlah penderita baru kanker meningkat, dari 1,4 juta pada 2005 menjadi 1,7 juta pada tahun 2013. Selain itu juga munculnya tipe baru pada kanker prostat, payudara, paru, dan usus besar pada 2013. Biaya perawatan mencapai 77,8 miliar dollar AS pada 2008, dan potensi kehilangan akibat penurunan produktivitas sebesar 124 miliar dollar AS per tahun.

Bak siluman

Kanker adalah pencuri dan penyamar biologis yang membobol sel lalu membajak mekanismenya sehingga sel berkembang dan membelah dengan cara berbahaya. Dr Lewis Cantley, Kepala Pusat Kanker di Weill Cornell Medical College and NewYork- Presbyterian Hospital di New York City, mendeskripsikan, penyamar biologis itu ”membuat bingung jalur penanda”, tak hanya menguasai pertumbuhan, tapi juga umur sel.

Laporan Bill Saporito mengulas secara mendalam ”konspirasi” riset oleh suatu tim dengan pendekatan lintas disiplin untuk mencapai kemungkinan penyembuhan dengan hasil yang lebih cepat. Meski memberi harapan, para peneliti terus bekerja untuk mempelajari pola mutasi sel penyebab segala jenis kanker karena munculnya tipe-tipe baru yang baru dikenali pada stadium lanjut.

Kanker tak bisa diperlakukan seperti penyakit lain, yang bisa ditinggal begitu pengobatan selesai, tulis Saporito. Kanker bukan hanya satu jenis penyakit, melainkan bisa puluhan, bahkan ratusan. Tak semua kanker disebabkan oleh satu agen, virus, atau bakteri yang bisa dihalau atau ditumpas.

Sel kanker bekerja seperti angkatan bersenjata lengkap dalam jumlah besar, yang bak siluman, menyerang udara, laut, dan darat. Karena itu, menurut dr Agus, pada hampir semua jenis kanker, kesembuhan lebih dimaknai sebagai memenangi pertempuran, tetapi tak bisa didefinisikan sebagai kesembuhan.

Dr Agus juga menyatakan, kanker bukanlah sesuatu yang didapat tubuh dan sehat bukanlah sesuatu yang dimiliki. Keduanya adalah kondisi: proses dinamis yang dijalani tubuh. Keduanya adalah kata kerja.

Tubuh adalah suatu sistem yang sangat kompleks. Sistem tubuh manusia berbeda- beda. Segelas anggur merah yang menyehatkan tubuh seseorang bisa jadi membunuh orang yang lain. Dengan memahami tubuh sebagai suatu sistem, setiap orang harus belajar menginterpretasi tanda-tanda yang disampaikan tubuh. Perhatikan warna kuku, panjang jari, pergelangan kaki, dan cermati perubahannya.

Nasihat kuno

Nasihat hidup sehat masa kini dari dr Agus bisa terkesan kuno. Namun, ia memiliki dasar sangat kuat untuk mengungkapkannya.

Diingatkan, tubuh dirancang untuk bergerak. Hasil studi selama 13 tahun memperlihatkan, duduk selama empat jam terus-menerus meningkatkan risiko kena penyakit jantung dua kali lipat meski rutin berolahraga, dan meningkatkan kemungkinan terkena kanker. Duduk lama sama bahayanya dengan merokok.

Bahaya duduk lama adalah peradangan, dan itu merupakan faktor risiko yang mematikan. Pemakaian sepatu hak tinggi selama bertahun-tahun tanpa jeda adalah penyebab stres sendi-sendi kaki dan punggung bawah. Stres berarti peradangan, dan peradangan kronik mematikan karena memperlambat dan menghambat proses perbaikan DNA tubuh. Kondisi itu berkaitan dengan kanker, serangan jantung, alzheimer, diabetes, dan penuaan dini.

Selain penggunaan sepatu yang nyaman, tidak menganggap remeh flu, dan menanyakan manfaat statin dan baby aspirin kepada dokter jika usia Anda di atas 50 tahun, hal penting lainnya adalah jam tidur tetap dan tidak tidur seharian pada akhir pekan. Hindari tidur siang kecuali memiliki kebiasaan tidur siang sejak kecil.

Jadwal makan harus diusahakan pada jam yang tetap dan tidak mengonsumsi apa pun yang dianggap sehat secara eksesif. Misalnya, apakah tubuh membutuhkan 10 wortel yang dijus sekaligus. Dr Agus juga mempertanyakan definisi ”segar” kalau makanan atau minuman berada di perjalanan sepanjang ratusan sampai ribuan kilometer untuk mencapai konsumen.

Dr Agus juga menegaskan, suplemen vitamin tak banyak gunanya bagi tubuh karena gizi dari sumber alamiah (sayur, ikan, buah, dan lain-lain) tak bisa digantikan. Semua jenis suplemen vitamin yang katanya menyehatkan bisa menjadi counterproductive, bahkan membahayakan tubuh, karena merusak keseimbangan sistem dan mekanisme tubuh. Padahal, warga Amerika membelanjakan 25 miliar dollar AS per tahun untuk itu.

Tentu saja pandangan itu memicu pro dan kontra, apalagi industri obat menguasai pasar dunia kesehatan saat ini. Namun, setidaknya telah diingatkan, dengan perubahan cara hidup dan berbagi informasi medis, seseorang bisa mencapai jenis kemenangan yang lain: pencegahan, penangguhan, dan pengendalian. Seperti dikatakan dr Agus, lepas dari kanker, berarti lepas dari penyakit.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com