Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja dalam Tarikan Industri Seks

Kompas.com - 17/04/2013, 03:15 WIB

Irma (16) berjalan santai memasuki ruang pemeriksaan Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/4). Bibir yang dipoles tipis dengan gincu merah muda membuat senyumnya kelihatan menarik. Tambahan pula hidungnya mancung dengan alis mata lentik.

Ia lalu duduk di antara tiga waria yang terjaring operasi yang digelar Polsek Bogor Tengah di sekitar Taman Topi dan Pasar Anyar, Kota Bogor, Selasa dini hari.

”Apa benar kamu laki-laki?” kata seorang penyidik, seolah tak percaya.

”Iya, benar Pak,” balas Irma.

Penampilan Irma sungguh seperti perempuan. Ia terlihat cantik. Tubuhnya tinggi langsing dengan rambut panjang tergerai.

”Ini rambut sambungan,” katanya tersenyum sembari memainkan ujung rambutnya.

Saat ditangkap, ia sedang bercengkerama dengan ”senior-senior”-nya di sekitar Taman Topi. Selain Irma dan tiga waria lainnya, petugas juga menangkap dua perempuan yang diduga jadi pekerja seks. Usai dimintai keterangan, mereka lalu diserahkan ke Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Bogor.

”Kami bertindak atas laporan dari masyarakat sekitar yang merasa risih dengan aktivitas waria dan perempuan pekerja seks,” tutur Kepala Polsek Bogor Tengah Komisaris Victor Gatot.

Uang instan

Irma sudah setahun terakhir menawarkan jasa pelayanan seksual bagi pria. Hal itu berawal dari tekanan keuangan setelah orangtuanya bercerai. Ibunya tidak bekerja dan masih harus membiayai adiknya yang masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Irma sempat bersekolah di jurusan otomotif salah satu SMK di Kota Bogor, tetapi tahun lalu berhenti.

Ia sempat bekerja di salon sebagai penata rambut. Namun, upah Rp 450.000 per bulan dinilainya tak memadai. Saat itu, seorang kerabatnya yang menjadi waria mengajak Irma. ”Karena dibilang mudah dapat uang, saya tertarik,” tuturnya.

Dari ”bekerja” pukul 22.00 hingga pukul 02.00, Irma bisa mendapat Rp 300.000. Terkadang, ia bisa dapat uang lebih, tetapi kadang-kadang lebih sedikit. Ia menggunakan uang itu untuk membiayai perawatan tubuh, membantu ibu dan adiknya, kebutuhan sehari-hari, serta membayar kamar indekos di daerah Bogor Tengah. Dua kali sepekan, ia pulang ke rumah ibunya di daerah Bogor Selatan.

Jaringan internet

Prostitusi remaja di Kota Bogor bukan fenomena baru. Dua bulan lalu, penyidik Polda Jabar mengungkap prostitusi anak perempuan berusia belasan tahun di Kota Bogor. Mereka menggunakan jaringan internet untuk menawarkan remaja itu.

Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2012, setidaknya ada 4.736 anak dilacurkan. Jumlah itu meningkat sekitar 700 kasus dibandingkan pada 2011.

”Itu data yang masuk ke kami di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya,” kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait.

Arist menilai, fenomena ini tidak terlepas dari gaya hidup. Untuk memenuhi gaya hidup itu, mereka akhirnya mencari cara instan.

”Untuk mengatasi itu, seharusnya bukan mereka (anak) yang dirazia atau diusir, tetapi berikan sanksi pada orang yang memfasilitasi anak-anak itu, misalnya kafe yang mempekerjakan anak sebagai pekerja seks,” kata Arist. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com