Studi yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa bubuk cokelat dapat mengurangi inflamasi yang mengakibatkan diabetes. Tikus yang digunakan dalam studi sebelumnya sudah diberi makanan tinggi lemak yang merupakan faktor risiko dari diabetes tipe 2.
Kendati baru dilakukan percobaan pada tikus, namun para peneliti percaya bahwa temuan ini dapat diaplikasikan pada manusia. Jika dikonversikan bubuk cokelat yang harus dikonsumsi manusia adalah sebanyak 10 sendok teh, atau sekitar empat hingga lima cangkir cokelat panas dalam periode 10 minggu.
Menurut para peneliti, cokelat hitam kaya akan flavanol, senyawa kimia yang diperoleh dari tumbuhan yang dapat memperbaiki aliran darah dengan memperlebar pembuluh darah.
Penulis studi profesor Joshua Lambert dari Pennsylvania State University menyatakan keterkejutannya lantaran mendapatkan efek yang lebih besar dari cokelat. Sebelumnya ia mengira cokelat memiliki efek yang baik untuk penurunan berat badan, namun ternyata efeknya justru lebih besar dalam penurunan inflamasi dan penyakit hati.
Inflamasi merupakan salah satu penyebab diabetes tipe 2 karena meningkatkan resistensi insulin. Sementara studi ini menunjukkan tikus yang diberi makan cokelat memiliki kadar inflamasi yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang tidak.
Selain itu, studi juga menemukan bahwa cokelat bubuk dapat mengurangi kadar lemak hati yang disebut sebagai trigliserida hingga sepertiganya. Kadar trigliserida yang tinggi berkaitan dengan inflamasi dan diabetes.
Lambert mengatakan, tikus yang diberi makan cokelat bubuk juga mengalami sedikit penurunan berat badan, namun sudah signifikan dalam mengurangi risiko mereka terkena diabetes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.