Studi ini melakukan analisa terhadap lebih dari 600 pasien asal Denmark dengan penyakit jantung iskemik atau penyakit arteri koroner. Penyakit tersebut biasanya terjadi saat arteri yang menuju jantung menyempit, menghalangi aliran darah, dan memicu serangan jantung.
Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes ini, para peserta juga diminta untuk menjawab kuesioner yang menanyakan tentang mood mereka. Setelah lima tahun, studi menemukan, peserta dengan optimisme tinggi memiliki risiko kematian 42 lebih rendah daripada mereka dengan optimisme rendah.
Para peneliti mengatakan, hal tersebut juga berlaku untuk kasus perawatan di rumah sakit akibat penyakit jantung. Mereka mencatat, 10 persen dari peserta yang berada pada kelompok optimisme tinggi meninggal. Sementara pada kelompok optimisme rendah, ada 16,5 persen peserta yang meninggal.
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Dan penyakit jantung iskemik merupakan bentuk penyakit jantung yang paling umum.
Menurut studi tersebut, menjaga optimisme tidak sulit. Cukup dengan berkomitmen untuk berpikir lebih positif, optimisme bisa terus dijaga. Sebaliknya, stres akan meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit jantung.
Sementara itu, penderita penyakit jantung juga perlu rajin melakukan olahraga untuk memperbaiki kesehatan jantung dan aliran darahnya. Ketua studi Dr Susanne Pedersen mengatakan, pengobatan pasien penyakit jantung tidak hanya meningkatkan perilaku positif rehabilitasi kardiak, tetapi juga memastikan pasien melakukan olahraga rutin.
"Keduanya dapat meningkatkan optimisme dan kesehatan yang lebih baik," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.