KOMPAS.com — Kehamilan adalah kondisi yang bisa direncanakan dan tidak terjadi secara kebetulan. Hamil juga bukan suatu penyakit yang harus dihindari. Saat hamil, sedikitnya ada lima hal yang harus dilakukan ketika kontrol rutin. Bila ibu hamil tidak mendapatkan lima hal ini dari dokter kandungan, pasien berhak menanyakannya kepada dokter.
Kontrol kehamilan sebaiknya dilakukan rutin dengan intensitas yang terus bertambah, seiring meningkatnya usia kehamilan. Hal ini dilakukan karena wanita hamil rentan mengalami berbagai gangguan.
"Makin cepat diketahui adanya gangguan, penanganannya bisa semakin cepat diberikan. Sehingga ibu merasa aman dan nyaman selama kehamilan, juga bisa memperoleh buah hati yang sehat," kata spesialis kandungan dr Bramundito, SpOG dari Rumah Sakit Pondok Indah pada temu media bertajuk "Antenatal Care untuk Antisipasi Risiko Kehamilan", Kamis (26/9/2013) di Jakarta.
Berikut lima hal yang perlu ibu hamil lakukan saat pemeriksaan rutin kehamilan:
1. Penilaian kesehatan ibu, mencakup usia, tinggi badan, dan berat badan.
Melalui pemeriksaan ini bisa diketahui apakah ibu memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang sesuai dengan usianya. Dengan IMT yang baik, maka bisa dipastikan keadaan fisik calon ibu mendukung kehamilan dan bisa memperoleh buah hati yang sehat.
Pemeriksaan juga meliputi kondisi yang disebut grande multipara. "Kondisi ini merujuk pada wanita yang sebelumnya sudah hamil atau punya anak lebih dari dua. Apalagi bila saat hamil usianya lebih dari 40 tahun," kata Bram.
2. Deteksi dan penanganan komplikasi.
Pemeriksaan ini mencakup beberapa hal yang membutuhkan perhatian khusus, misalnya pendarahan saat hamil dan kapan sebaiknya dilakukan aborsi. Pemeriksaan ini juga mencegah terjadinya berbagai masalah komplikasi akibat berbagai penyakit saat hamil. Misalnya diabetes atau hipertensi yang bersifat gestasional atau suatu kondisi medis yang menetap sewaktu kehamilan pada wanita yang sebelumnya tidak menderita penyakit tersebut.
"Deteksi dan penanganan berbagai komplikasi ini akan menyelamatkan ibu dan janin bila suatu penyakit yang membahayakan terjadi," kata Bram.
Melalui pemeriksaan ini, ibu hamil juga bisa merencanakan cara melahirkan, apakah persalinan normal atau caesar.
3. Observasi dan pencatatan klinis.
Pada pemeriksaan ini proses tumbuh kembang janin diawasi sebaik-baiknya. Pencatatan mencakup detak jantung janin, persentase/letak janin, dan tekanan darah ibu. Pencatatan yang rapi dan detail memungkinkan dokter dan ibu mengetahui tahapan perkembangan janin. Bila ada yang tidak beres dengan janin, hal tersebut bisa cepat diketahui.
4. Mempertahankan nutrisi ibu hamil.
"Seorang wanita hamil membutuhkan 2.500 kalori, lebih tinggi daripada yang tidak mengandung," kata Bram.
Kebutuhan kalori bisa dipenuhi dari berbagai asupan baik hewani maupun nabati. Selain kalori, wanita hamil juga harus menjamin kebutuhan zat besi dan kalsiumnya terpenuhi. Hal ini dikarenakan wanita hamil rentan mengalami anemia atau osteoporosis.
5. Edukasi kesehatan.
"Pilihlah rumah sakit yang menyediakan peralatan dan pelayanan yang baik. Rumah sakit juga harus menyediakan edukasi sehingga pasien mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan bagaimana menanganinya," kata Bram.
Ibu hamil, kata Bram, harus tahu gejala terjadinya komplikasi. Gejala ini meliputi pendarahan, nyeri perut hebat, dan sakit kepala. Bila hal ini terjadi, ibu hamil harus segera mencari pertolongan. Selain itu, ibu hamil juga harus mendapatkan pengetahuan seputar ASI eksklusif, nutrisi internal, dan pencegahan infeksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.