Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2013, 16:51 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com - Kebiasaan minum biasanya dikaitkan dengan aturan minimal delapan gelas sehari. Ada yang beranggapan, minum tak selalu berupa air mineral atau air putih, melainkan bisa teh, kopi, jus, dan jenis cairan lainnya. Padahal yang dimaksud minum air adalah air putih atau air mineral, bukan minum cairan seperti teh. Minum air juga tak ada batasan, semakin sering justru membuat tubuh lebih fit dan terhindar dari berbagai gangguan kesehatan. Kebiasaan minum yang salah kaprah inilah yang kemudian menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi tanpa disadari, kemudian memicu berbagai penyakit.

"Kebanyakan orang acuh. Ada sakit di dalam tubuh, seperti sakit kepala, lambung, bukannya mengenali mengapa sakit, tapi lebih mencari obat antisakit. Padahal semua rasa sakit itu, termasuk otot kram, pegal, itu karena tubuh kekurangan air. Mineral dalam air men-charger tubuh. Tubuh memberikan sinyal ada masalah lewat penyakit, kita harus lebih peka mengenalinya. Namun kebanyakan orang tidak mau berkomunikasi dengan dirinya, tapi lebih mencari pengobatan saat sudah sakit," ungkap Dokter spesialis detoksifikasi, Riani Susanto, ND (Naturophatic Doctor), di sela temu media produk minuman air dalam kemasan di Kemang, Jakarta, Jumat (4/10/2013).

Mitos yang salah tentang air juga membuat banyak orang memiliki kondisi tubuh yang defisit air. Misalnya, banyak minum bikin gemuk atau kebanyakan minum bisa kembung. Riani mengatakan air dalam tubuh selalu defisit. Jadi  tidak ada istilah kebanyakan air, atau kebanyakan minum air apalagi anggapan yang menyatakan khawatir kembung kalau kebanyakan minum air.

"Minum air kapan saja, lebih sering lebih baik. Apalagi dalam kondisi ruangan ber-AC, setelah makan makanan asin, junk food. Kalau merasa kembung, artinya tubuh dehidrasi, defisit air. Tubuh bermasalah jika air tidak terserap dengan baik, termasuk jika merasa kembung," sarannya.

Yang juga perlu dipahami adalah, organ tubuh tidak selalu bisa menyerap cairan dengan baik, jadi cairan harus "ditabung" di dalam tubuh, termasuk di dalamnya asupan air.

Cara paling sederhana mengukur dehidrasi adalah dengan minum sekitar 1.200 ml air dalam waktu 5-10 menit, tanpa bersendawa, dan ada jeda namun hanya hitungan detik untuk mengambil napas. Jika Anda tidak bisa melakukan cara ini, artinya tubuh punya masalah karena tidak memiliki kemampuan menyerap air. Ini petanda Anda mengalami dehidrasi,  atau tubuh mengalami defisit air. Sementara jika Anda bisa melakukan cara ini dan menjadi kebiasaan harian, bukan hanya bebas dehidrasi, tubuh juga memiliki cadangan air yang cukup untuk mencegah terjadinya defisit air.

Tanda lain dari kondisi dehidrasi di antaranya Anda kerap menderita sakit kepala juga migrain. Orang yang kesulitan menurunkan berat badan juga tanda kurang minum air. Karena menurut Ariani, dengan minum air secara tepat, orang justru bisa mengatasi masalah berat badannya atau bisa kurus. Kurang konsentrasi juga bisa menjadi akibat lain kurang minum air. Kondisi kulit yang tampak kusam, bermasalah seperti jerawat, juga menandakan dehidrasi. Sementara, langkah paling umum untuk mengenali dehidrasi adalah dengan memperhatikan warna urin. Warna urin harus jernih bukan pekat, ini yang menunjukkan apakah tubuh mengalami dehidrasi atau tidak.

Akibat dehidrasi
Air merupakan antioksidan untuk menjaga daya tahan tubuh. Air membuat tubuh lebih berenergi, waspada, bahkan awet muda. Air  memberikan kontribusi besar terhadap kesehatan tubuh, angkanya 60-70 persen, menurut Riani.

Karenanya, Riani mengatakan, tetap terhidrasi merupakan kondisi darurat yang perlu diperhatikan setiap orang. Oleh sebab itu, air mineral dibutuhkan sejak anak masih dalam kandungan, melalui asupan air ibu hamil, hingga anak dilahirkan atau dengan kata lain bayi pun boleh minum air mineral, hingga anak tumbuh besar hingga mencapai usia tua. Justru, katanya, para orang tua membutuhkan lebih banyak air dibandingkan orang muda.

Mengapa darurat? Karena dehidrasi juga over dehidrasi menimbulkan berbagai gangguan fisik ringan hingga penyakit serius, bahkan kesehatan mental.

Riani menyebutkan, dehidrasi memicu terjadinya infeksi saluran kencing, penuaan dini, obesitas, kolesterol, maag, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan, capek tanpa sebab, tekanan darah tinggi dan rendah. Dehidrasi juga menimbulkan perasaan perseptif di antaranya mudah marah, depresi, cemas, gangguan tidur, kecanduan soda, alkohol, obat-obatan.

"Sakit kepala dan maag, paling banyak terjadi karena dehidrasi," ungkapnya.

Berbagai penyakit yang muncul akibat pola makan tidak sehat juga menjadi akibat lain dehidrasi. Jika tubuh terhidrasi dengan baik, cadangan air di dalam tubuh setidaknya bisa menyeimbangkan makanan atau minuman tak sehat yang masuk ke dalam tubuh.

"Minum kopi membuang air di dalam tubuh, bisa bikin dehidrasi. Makan gorengan atau makanan tidak sehat lainnya juga bisa menimbulkan penyakit. Namun semua masalah ini bisa diseimbangkan dengan air, sehingga penyakit bisa diminimalisasi. Air sebagai detoks," terangnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau