Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2014, 07:13 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis


KOMPAS.com -
Gara-gara kadar kolesterol dalam tiga kali pemeriksaan kesehatan tahunan menunjukkan angka di atas 200 mg/dL terus-menerus, Retno Puji Astuti dipanggil menghadap dokter perusahaan tempatnya bekerja. “Dokter meresepkan saya untuk minum statin,” aku perempuan berusia 41 tahun itu yang bekerja di bilangan jalan Thamrin, Jakarta.

Statin, nama obat penurun kolesterol, bekerja dengan menghalangi zat yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan kolesterol. Statin juga membantu tubuh menyerap kembali kolesterol yang menumpuk dan membentuk plak di dinding pembuluh arteri kita. Dengan begitu, statin mencegah penyumbatan pembuluh darah. Ujungnya, statin bekerja mencegah terjadinya serangan jantung.

“Obat penurun kolesterol ini harus diminum dalam jangka panjang. Itu bikin saya takut akan efek samping jangka panjangnya. Lantas saya minta ke dokter untuk mencoba mengendalikan kolesterol dengan olah raga dan pola makan sehat. Kalau itu juga tak berhasil, saya baru mau menyerah minum statin,” ujar wanita yang akrab disapa Eno ini.

Situs kesehatan Mayo Clinic mengatakan perlu tidaknya kita mengonsumsi statin bukan hanya mempertimbangkan kadar kolesterol. Faktor-faktor risiko lain yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung perlu diperhitungkan. Misalnya, riwayat kolesterol tinggi atau penyakit jantung, gaya hidup kurang olah raga, tekanan darah tinggi, diabetes, merokok, dan menyempitnya pembuluh arteri di leher, lengan atau kaki.

Kalau pun toh harus minum statin, dokter pasti akan memilih dosis yang pas. Ketika dibutuhkan untuk menurunkan kolesterol jahat LDL (Low Density Lipoprotein) sampai 50 persen atau lebih, dokter akan meresepkan statin dosis tinggi. Bila LDL tidak begitu tinggi, dosis yang diperlukan lebih rendah.

Ahli dari Mayo Clinic mengatakan dalam mengendalikan kolesterol dengan minum statin atau tidak, gaya hidup sehat tetap merupakan kunci untuk mengendalikan kolesterol dan melindungi kesehatan jantung. Gaya hidup sehat itu meliputi berhenti merokok, mengadopsi pola makan rendah lemak, kolesterol dan garam, olah raga 30 menit sehari dan pengendalian stres.

Ketika pola hidup sehat sudah dilakukan tetapi kolesterol jahat LDL tetap tinggi, mau tak mau kita harus minum statin. “Kolesterol tinggi ini merupakan kelainan metabolisme kolesterol. Pengobatan harus dilakukan terus. Bila berhenti, kolesterol kemungkinan akan naik kembali,” kata Dr. Em Yunir, SpPD, K-EMD, Kepala Divisi Metabolik Endokrinologi, Departemen Penyakit Dalam, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com