Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2014, 09:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber hhhhh

Setelah selesai menjalani operasi, kemoterapi, radiasi, dan rehabilitasi medis, pasien kanker biasanya dinyatakan bersih dari sel kanker dan disebut penyintas (survivor) kanker. Kenyataannya, kemampuan fisik dan psikis penyintas belum tentu sepenuhnya kembali.

Alasannya, selama sakit, pasien diberi berbagai macam obat berbahan kimia setidaknya dua tahun. ”Pasien juga lebih banyak beristirahat tanpa aktivitas berarti karena tak enak badan, mual, muntah, dan tak nafsu makan,” kata Mimi.

Dari sisi psikis, penyintas bisa dilanda rasa rendah diri, kecewa, serta takut ditolak keluarga dan teman. Itu lantaran mereka kehilangan sebagian organ tubuh setelah operasi, seperti payudara, serviks, dan prostat.

Mimi begitu memahami hal-hal itu karena ia juga penyintas kanker. Kanker menyerang payudara kirinya pada 2007, lalu berganti ke kelenjar tiroid pada 2010. Terkadang, saat ada masalah, ia teringat payudaranya yang tinggal satu dan itu membuat ia kian sedih.

Memiliki latar belakang sebagai penari dan pemain teater profesional, Mimi memanfaatkan kemampuannya untuk ditularkan kepada sesama penyintas. Seminggu sekali pada akhir pekan, rumahnya menjadi tempat bagi para penyintas untuk belajar berkesenian. Cita-cita Mimi, mereka bisa menjalani hidup lebih berkualitas, bahkan melebihi kehidupan sebelum mereka sakit dengan menari dan bermain teater.

Secara medis, seni diakui terkait atau mendukung proses penyembuhan. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi konsultan geriatri Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Siti Annisa Nuhonni mengatakan, proses penyembuhan adalah seni, begitu pula sebaliknya. ”Dokter berkomunikasi dengan pasien, memperhatikan tubuh, dan mendengarkan detak jantung lewat stetoskop. Itu semua seni,” ujarnya.

Sementara seni pun menyembuhkan, baik bagi fisik maupun psikis. Orang bisa merasa senang, nyaman, dan puas lewat berkesenian. ”Jika sedang marah, berpuisi bisa mengeluarkan semua kemarahan. Itu bagian dari proses penyembuhan,” kata Nuhonni menjelaskan.

Itulah penyembuhan bagi Rusyda, Taoria, dan Shinta. Dari berkesenian untuk diri sendiri. Mereka ingin membawa pengaruh baik bagi penyintas kanker lain. ”Kami, para penyintas, tak boleh merasa harus dikasihani. Kita hidup biasa saja. Bahkan, jika bisa, lebih baik dari orang yang tak mengalami kanker,” kata Rusyda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com