Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/03/2015, 11:46 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis


KOMPAS.com - Pekerja kantoran mungkin sering mengalami ketegangan di bahu dan pinggang. Rasa tegang di kedua bagian tubuh itu hilang setelah dipijat namun lagi-lagi muncul. Bisa jadi ketegangan itu merupakan manifestasi dari stres berkepanjangan.

"Jenis ketegangan di bahu dan pinggang seperti itu dalam dunia medis disebut Tension Myositis Syndrome (TMS)," ujar ahli foto dan terapi aura Tom Suhalim. TMS menyebabkan gejala sakit fisik yang tak disebabkan oleh ketidaknormalan struktur atau sebab patologis lain. Gejala-gejala ketegangan itu disebabkan oleh stres psikologis.

Saat foto aura, Tom cukup sering mendapati orang dengan gejala TMS. "Emosinya terlihat tidak stabil saat foto aura. Gejalanya mirip kelainan bipolar, kebetulan pula menurut google trend Indonesia 2014, bipolar adalah adalah topik terbanyak kedua yang dicari masyarakat," ujar pria yang juga menguasai feng shui ini.

Selain badan terasa tegang dan tak enak, TMS pun menyebabkan pasokan oksigen di kepala berkurang. "Dampaknya, fokus dan konsentrasi pun jadi berkurang," tuturnya.

Kondisi stres makin parah karena penderitanya minum minuman bersoda, mengonsumsi makanan siap saji, main gadget sepanjang waktu dan mendengarkan musik lewat headset. "Kebiasaan tak baik ini menyebabkan keasaman tubuh makin naik sehingga kondisi stres jadi makin parah," kata pria yang menguasai ilmu teknologi informasi ini.

Gejala stres sebenarnya tak terlalu sulit dideteksi. "Ketika kita sering mengecek suatu keadaan berulang kali, cuci tangan berulang kali, pikiran terjebak ke satu hal terus menerus, kepribadian kaku dan bersikap berangasan adalah tanda-tanda diri kita sedang kena stres," tuturnya.

Agar tak kena stres, Tom menyarankan agar kita menyadari sedang kena stres. "Berusahalah menerima hal-hal yang tak bisa kita ubah," sarannya.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com