Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2015, 17:40 WIB

KOMPAS.com - Seiring dengan bertambahnya usia, kadar hormon seks dalam tubuh akan menurun. Pada wanita, kondisi ini akan menyebabkan menopause. Tapi apa yang akan terjadi pada pria saat produksi testosteron mereka menurun?

Beberapa ahli, termasuk pria, menyalahkan penurunan testosteron saat memasuki usia paruh baya untuk gejala-gejala tak biasa yang mereka alami. Misalnya saja energi yang rendah, lebih cepat marah, dan impotensi.

Tak heran jika banyak pria berusia 50 tahun ke atas merasa perlu mengembalikan tenaga dan semangat dengan terapi sulih hormon. Seperti halnya para wanita yang menopause juga melakukan terapi ini.

Akan tetapi, konsep menopause pada pria pun masih diperdebatkan. Para ahli hormonal yakin meningkatkan popularitas terapi sulih hormon merupakan efek dari pemasaran yang agresif dari industri farmasi.

Menurut Profesor Fred Wu, direktur Andrology Research Unit, gejala-gejala yang dialami pria akibat kadar testosteron yang rendah dan menopause pria sebenarnya adalah "gejala normal dari proses penuaan yang tidak sehat".

Dengan kata lain, kadar testosteron yang rendah terjadi akibat kita kurang menjaga kesehatan.
Ia mengatakan, pria yang obesitas akan memiliki kadar testosteron yang lebih rendah. Namun kondisi ini dapat kembali normal jika mereka segera menurunkan berat badan.  

Profesor Gary Wittert dari University of Adelaide, Australia, mengatakan ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kadar testosteron, diantaranya depresi dan terlalu banyak minum.  

Kadar testosteron yang rendah biasanya tidak selalu disebabkan oleh pola gaya hidup ataupun perubahan fisik maupun mental, namun ini umumnya terjadi karena bertambahnya faktor usia.

Kadar testosteron pada setiap pria akan bervariasi dalam sehari, dan ini akan berlangsung hingga seumur hidup. Belum pasti juga berapa kadar yang dianggap tidak normal. Kadar testosteron normal biasanya mencapai 10,4 - 41,6 nmol/l (nanomoles per liter darah).

"Sebenarnya sulit mengetahui berapa level yang dianggap sehat. Seorang pria bisa tetap sehat dan aktif secara seksual walau sebenarnya kadar testosteronnya rendah," kata Marian O'Connor, dosen senior bidang psikoseksualitas.

Para ahli hormonal menyebutkan hanya sedikit dari pria yang mulai menua yang perlu terapi sulih hormon, itu pun dikarenakan mereka memiliki gangguan hipogonadisme (di mana testis tidak menghasilkan testosteron karena mengalami suatu jenis penyakit atau kerusakan).

Walau Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui pemberian tambahan testosteron tersebut, tapi tetap ada risiko yang perlu diwaspadai dan ini terkait dengan risiko serangan jantung dan stroke.

Diharapkan para produsen juga mencantumkan peringatan pada label obat, bahwa obat tersebut hanya untuk pria yang memiliki kadar testosteron rendah akibat gangguan testis, kelenjar hipofisis ataupun otak sehingga menyebabkan hipogonadisme.

Pria yang menderita diabetes tipe dua juga biasanya memiliki kadar testosteron yang rendah. Mereka juga kerap mengalami disfungsi seksual. Terapi sulih hormon biasanya bisa membantu. (Monica Erisanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau