Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksplorasi Makanan, Membuat Anak Menikmati Santapannya

Kompas.com - 22/05/2015, 09:15 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber Reuters
KOMPAS.com - Ada masa, ketika orangtua merasa kesulitan menghadapi anaknya yang susah makan. Bukan hanya memilih-milih makanan, tetapi juga menolak makanan baru yang ditawarkan. Kalau ini yang terjadi, coba ajak anak bermain dengan makanannya. Abaikan kemungkinan makanan menjadi berantakan dan membuat meja makan menjadi kotor. Karena dari kegiatan ini, anak akan belajar menyukai makanannya. 

Riset terbaru menunjukkan, bahwa bermain dengan makanan akan membantu mengatasi kekhawatiran anak terhadap rasa baru dari makanan. Selain itu, juga membuat anak mau mengonsumsi makanan yang lebih bervariasi. 

Hasil ini diperoleh, saat para periset di Inggris melakukan studi terhadap 70 anak berusia 2-5 tahun. Mereka diminta mencari tentara mainan yang tertimbun di dasar mangkuk makanan lembek, yaitu kentang tumbuk dan jeli. Anak yang tidak menggunakan tangannya saat melakukan permainan tersebut, diberikan sendok.

Orangtua dan peneliti kemudian menilai, seberapa bahagianya anak saat melakukan hal tersebut dari skala satu hingga lima. Nilai lebih tinggi, menunjukkan anak lebih menikmati permainan tersebut. 

Para peneliti menjumpai, bahwa anak-anak yang nyaman dengan tangan kotor tersebut, mengalami sedikit saja kondisi yang disebut sebagai neofobia makanan, yaitu kekhawatiran dalam merasakan makanan baru. 

"Meskipun ini hanya hubungan, nyatanya membuat anak bermain dengan bahan makanan membantu penerimaan terhadap makanan," terang Helen Coulthard, penulis utama studi dan periset psikologi di De Montfort University, Leicester, Inggris. 

Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, periset juga menanyakan kepada orangtua tentang seberapa enggannya anak mencoba makanan baru, serta banyaknya porsi buah dan sayur yang para orangtua dan anak-anaknya konsumsi setiap hari. Ini termasuk jus buah, buah kering, dan puree. Para peneliti menemukan, bahwa anak-anak mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur, ketika orangtua melakukan hal serupa. 

Selain itu, anak-anak yang terlibat dalam studi, juga dinilai sensitivitas taktilnya. Kepada orangtua ditanyakan tentang sesuatu, seperti anak yang tidak suka bertelanjang kaki saat bermain di pasir dan rumput atau menghindari kotor. Dan hasilnya, anak yang suka bermain dengan makanannya, cenderung sedikit yang sensitif atas taktilnya.  

Untungnya, dikatakan Coulthard, anak picky eaters dapat diajarkan menikmati makanan melalui bermain dengan makanannya. Orangtua dapat memulainya dengan membuat bentuk dari makanan pada piring makan anak, tanpa memaksa mereka untuk menyentuh atau merasakannya. Lalu, secara perlahan berupaya mendorong anak untuk membuat karyanya sendiri dan membiarkan mereka mencicipi hasilnya saat sudah siap. 

"Orangtua juga dapat mempertimbangkan aktivitas yang melibatkan anak menjadi detektif makanan, dengan merasakan dan menilai makanan baru atau mengkritisinya. Mengajak berkebun maupun membuat keterampilan tangan dengan buah dan sayur, dapat dijadikan aktivitas lain dalam pengenalan makanan," tambah Myles Faith, periset gizi di Gillings School of Public Health, University of North Carolina, Chapel Hill. 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau