Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/07/2015, 09:00 WIB


KOMPAS.com
- Peneliti melihat bahwa senyawa di dalam jeruk dapat membuat kulit lebih peka terhadap sinar matahari. Orang-orang yang menikmati segelas jus jeruk atau mengonsumsi jeruk bali segar di pagi hari bisa jadi akan mengalami peningkatan risiko terkena kanker kulit melanoma, jenis kanker paling jarang tapi paling mematikan.

Itulah temuan dari penelitian terhadap lebih dari 100.000 orang dewasa di Amerika selama 25 tahun. Para peneliti menemukan, bahwa mereka yang rutin mengonsumsi jus jeruk atau jeruk bali memiliki risiko lebih tinggi terkena melanoma, dibandingkan dengan mereka yang menghindari makanan tersebut.

Namun, para ahli dengan cepat menekankan temuan tersebut dan melaporkan secara online dalam Journal of Clinical Oncology, bahwa tak terbukti jeruk membantu menyebabkan kanker.

Hal ini memang masuk akal, karena bagaimanapun ada senyawa tertentu dalam jeruk yang menjelaskan asosiasinya, kata peneliti senior Dr. Abrar Qureshi, kepala dermatologi Brown University and seorang dokter kulit di Rhode Island Hospital.

Jeruk mengandung zat “photoactive” tertentu yaitu psoralens dan furocoumarins, yang diketahui dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari saat dioleskan di kulit, kata Qureshi.

Tetapi, meski jeruk berpotensi membuat sebagian orang rentan terhadap sinar matahari, bukan berarti harus menghindari jus jeruk. “Bagaimanapun juga, jeruk tidak akan menyakiti Anda tanpa paparan sinar matahari yang berlebihan,” jelas Qureshi.

Jadi, pesan yang ingin disampaikan tetap sama, lindungi kulit dari seringnya terkena sengatan sinar matahari dengan mengamankan diri di tempat teduh, menggunakan tabir surya dan mengenakan topi.

Saran yang sama telah disampaikan oleh Marianne Berwick, seorang peneliti kanker kulit yang menulis sebuah editorial yang diterbitkan dengan melakukan penelitian sebelumnya.

“Saya tidak berpikir masyarakat umum harus membuat perubahan berdasarkan penelitian ini,” kata Berwick seorang profesor dermatologi di University of New Mexico di Albuquerque. “Anda tetap harus mengonsumsi berbagai macam buah-buahan dan sayuran dalam menu makan Anda.”

Untuk penelitian ini, para peneliti menganalisis data dari dua studi jangka panjang yang dilakukan di Amerika. Setiap dua tahun , para peserta akan menjawab survei terperinci tentang kesehatan dan gaya hidup mereka.

Selama sekitar 25 tahun, lebih dari 1.800 orang ditemukan adanya peningkatan risiko terkena kanker kulit melanoma, yang secara teratur mengonsumsi jus jeruk atau makan buah jeruk bali. Ini nyata, para peneliti telah menemukannya, bahkan ketika beberapa faktor lain disertakan, termasuk orang-orang yang dilaporkan sering terpapar sinar matahari dan punya riwayat kulit terbakar.

Mereka yang mengonsumsi jus jeruk setidaknya satu hari sekali, sekitar 25 persen akan meningkatkan risiko terkena kanker kulit melanoma dibanding mereka yang mengonsumsi jus jeruk hanya beberapa kali dalam seminggu. Begitupun, mereka yang mengonsumsi jeruk Bali setidaknya tiga kali dalam seminggu memiliki peningkatan terkena melanoma hingga 41 persen dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi sama sekali.

Namun, di sisi lain, para peneliti juga menemukan tak adanya hubungan antara risiko melanoma dengan jus jeruk maupun jeruk bali. Berwick mengatakan, tak ada penjelasan lengkap mengenai hal itu. Dan secara umum, temuan ini perlu diuji pada kelompok lain, untuk memastikan apakah ada hubungan nyata antara jeruk dengan kanker melanoma.

Qureshi menambahkan, ada beberapa zat “photoactive” pada berbagai buah dan sepertinya tidak semua jeruk menyebabkan risiko yang sama, terutama risiko kanker kulit melanoma.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau