Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2015, 10:13 WIB

KOMPAS.com - Kesenangan mengisap jari sudah muncul sejak bayi dalam kandungan dan terus berlangsung hingga anak berusia menjelang dua tahun. Sering kan melihat anak mengisap jari. Masa inilah yang disebut sebagai fase oral.

Setelah itu, berdasarkan penjelasan Sigmund Freud dalam teori psikoanalisanya, kesenangan ini akan menghilang ketika perhatian anak sudah beralih ke hal lain, anak lebih banyak bermain dan berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dengan mainan-mainannya, bersepeda menjelajah rumah, atau berlari kian kemari.

Lantaran itulah, jika sampai lewat usia dua tahun si kecil masih senang mengisap apa pun yang dapat diisapnya, bisa jadi  ia memiliki masalah dalam menemukan keasyikan lain di luar kebiasaan itu. Salah satunya karena proses pengalihan perilaku ini berlangsung kurang optimal di usia batita awal.

Pengalihan seharusnya dilakukan terus-menerus atau berulang-ulang ketika si batita memasukkan benda/ jempol ke dalam mulut dan mengisapnya. Dengan begitu, konsentrasi anak akan beralih ke hal yang lebih positif dan tidak menjadikan mengisap sebagai suatu kebiasaan.

Kesenangan mengisap juga bisa merupakan sebuah bentuk pelarian dari  ketidaknyamanan. Anak yang takut ditinggal sendirian di dalam kamar, marah karena diganggu temannya, sedih karena mainannya rusak,  berusaha mencari kenyamanan dengan mengisap, mengenyot atau menggigit-gigit.

Perilaku mengisap, mengenyot, dan menggigit-gigit jari harus dihentikan, karena akan berdampak negatif pada fisik maupun psikis, seperti:

 

* Kerusakan Gigi dan Rahang

Masa batita merupakan masa pertumbuhan awal gigi-geligi anak. Kebiasaan anak mengisap jari atau menggigit benda-benda yang keras, selain membuat posisi gigi menjadi tidak baik, juga akan merusaknya. Aktivitas ini jika bertahun-tahun membuat rahang tidak terbentuk dengan presisi yang baik.

 

* Kemampuan Bicara Terhambat

Membiarkan anak terus mengisap dan menggigit akan semakin membuatnya terlena dengan kebiasaannya itu. Anak menjadi lebih jarang berbicara karena mulutnya asyik dengan benda-benda kesenangannya. Kebiasaan ini akhirnya berpeluang menghambat kemampuan bicara anak.

Padahal dengan banyak berbicara anak akan belajar melafalkan kata-kata. Ketika salah mengucapkan kata, orangtua akan meluruskannya sehingga ia belajar untuk melafalkan dengan benar dan terus memperbanyak perbendaharaan kosakatanya.

 

* Zat Berbahaya

Dikhawatirkan, apa yang diisap dan digigit anak mengandung zat berbahaya. Kertas koran tinta cetaknya mengandung timbel yang bisa membuat anak mengalami keracunan sementara dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker.

 

* Terluka

Seandainya yang diisap adalah benda-benda runcing, mainan yang bagian sisinya sudah pecah rentan membuat mulut anak terluka. Luka pada mulut sangat riskan karena bakal membuat anak sulit makan atau minum. Efeknya, ia pun semakin rewel karena rasa sakit ditambah lapar dan haus karena ia sulit makan dan minum.

 

Bagaimana cara menghentikan kebiasaan anak mengisap jari? Berikut beberapa tip yang bisa dilakukan di rumah.

 

* Berikan Kenyamanan

Berikan kasih sayang yang cukup pada si kecil. Jangan biarkan anak sering merasa sedih, kecewa, marah, atau kesal. Jika perasaannya nyaman, si kecil tak akan melakukan pelarian dengan mengisap atau menggigit benda.

 

 * Alihkan perhatiannya

Berilah kegiatan pada anak. Jangan sampai ia melamun tanpa melakukan apa-apa, sehingga mendorongnya untuk mengisap sesuatu. Jika ia mulai tampak akan melakukan perilaku negatifnya itu, segeralah alihkan dengan mengajaknya bicara, bermain, memberikan makanan kesukaannya, didongengi, atau kegiatan yang menarik lainnya.

 

* Jangan Tonjolkan Amarah

Saat menegurnya, jangan tonjolkan amarah kita. “Sudah dibilang jangan mengisap jari, bandel amat sih!” Amarah yang kita keluarkan malah akan membuat anak bingung, kenapa ia tak boleh mengisap. Cara ini tidak efektif, karena anak mungkin tidak mengisap dan menggigit di depan kita. Di belakang kita? Kita tidak tahu. Tegurlah anak dengan bijak. Ajak ia bicara dan jelaskan jika perilakunya itu tidak bagus. Dengan begitu anak akan lebih memahami kenapa ia tak boleh melakukannya.

 

* Lepaskan Tangan Anak

Kata-kata terkadang tak cukup, namun perlu melakukan tindakan yakni dengan melepaskan tangan anak dari mulutnya dan mengambil barang yang sedang diisap atau digigit. Dengan tindakan ini ia akan lebih memahami jika perilakunya itu memang benar-benar tidak boleh dilakukan.

 

* Reward dan Punishment

Jika anak berhasil tidak mengisap dan menggigit benda, berikanlah reward  berupa pujian untuk menunjukkan, jika kita menghargai usaha anak untuk meninggalkan perbuatan yang tak baik itu.

Punishment atau hukuman boleh saja diberikan jika memang diperlukan, yaitusetelah berulang kali dinasihati ia tetap tidak mengindahkan. Tentu hukuman yang mendidik, misal, dengan menunda pemberian susu jika ia sangat menyukai susu, tidak mengajaknya jalan-jalan ke taman kompleks, dan semacamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com