Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Teknik Salah Mengolah Makanan yang Bisa Sebabkan Keracunan

Kompas.com - 17/09/2015, 14:40 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Juli lalu, Kementrian Kesehatan RI lewat  Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE, merilis sejumlah kasus keracunan makanan pada minggu ke 11 dan 12 tahun 2015 di www.depkes.go.id. Dalam dua minggu saja, ada enam kasus keracunan besar yang memakan puluhan korban.

Anda perlu tahu, kebanyakan kasus keracunan makanan sering disebabkan oleh kecerobohan memilih dan mengolah bahan makanan. Dengan kata lain, keracunan bisa berawal dari dapur kita sendiri.

"Riset membuktikan ternyata orang tidak terlalu berhati-hati dalam mengolah makanan seperti yang seharusnya," kata Janet B Anderson, RD, profesor klinik bidang nutrisi dan ilmu makanan di Utah University. "Banyak orang percaya, bahwa mereka sudah melakukan prosedur yang benar, padahal kenyataannya tidak."

Berikut adalah beberapa kesalahan pengolahan makanan yang bisa menyebabkan keracunan.

 

Meninggalkan sisa makanan di atas kompor menyala

Tujuannya mungkin agar makanan tetap hangat. Tapi, cara ini justru akan merusak makanan tersebut. Menghangatkan makanan yang kita kira bisa mengurangi kemungkinan timbulnya racun, justru memberi hasil sebaliknya. Beberapa racun justru terbentuk karena makanan dihangatkan. Aturan yang benar: simpan sisa makanan di dalam kulkas. Hangatkan ketika jam makan hampir tiba.

Yang benar adalah tempatkan sisa makanan yang masih hangat dalam wadah kecil dan tidak terlalu tinggi, supaya makanan lebih cepat dingin. Jangan penuhi kulkas dengan wadah berisi makanan. Mengapa? Karena kulkas yang penuh, jadi tidak bisa mengeluarkan udara dingin dengan efisien.

 

Hanya mencuci buah yang kulitnya bisa dimakan

Padahal, buah yang kulit dan bijinya tidak bisa dimakan, seperti pisang dan melon misalnya, bisa sama berbahayanya. Bakteri bisa berpindah dari kulit luar ke daging buah, melalui pisau pemotong. Kesimpulannya, semua jenis buah-buahan harus dicuci. Dianjurkan kupas juga kulit tomat, stroberi, dan paprika setelah dicuci.

 

Langsung mencuci sayuran sepulang dari pasar

Saat membawa sayuran segar pulang dari swalayan atau pasar, kita jadi ingin langsung membersihkannya dan menyimpannya dalam kulkas. Tetapi, kebiasaan ini justru bisa menyebabkan tumbuhnya jamur dan mikroba.

Penyebabnya adalah kelembaban yang tertinggal dari air cucian, kata Linda J Harris, PhD, direktur riset keamanan makanan Western Institute, University of California. Sebaiknya, bersihkan sayur tepat sebelum kita mengolahnya.

Kupas lapisan luar selada dan kubis. Di bagian inilah kontaminasi paling banyak terjadi. Bersihkan juga bagian-bagian lainnya. Jangan gunakan sabun karena dapat meninggalkan residu yang berbahaya.

 

Memanggang daging hingga warna merahnya hilang

Penelitian di Kansas University mengatakan bahwa,  mata kita tidak bisa digunakan sebagai ukuran matang tidaknya sepotong daging. Contohnya, daging yang dibekukan akan cepat berubah warna menjadi coklat saat dimasak, meski sebenarnya belum benar-benar matang. Sebaliknya, beberapa jenis daging cincang segar bisa tetap berwarna merah muda saat mencapai tingkat kematangan yang sempurna.

Satu-satunya cara untuk mengetahui tingkat kematangan daging yang benar adalah dengan menggunakan termometer daging. Daging disebut matang, kalau suhunya sudah 71 derajat Celsius atau lebih saat dimasak.

Kalau Anda merasa daging yang dimasak belum cukup panas dan kita ingin memasaknya lebih lama, cuci dahulu termometer daging sebelum digunakan kembali untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com